Kampung Dayeuhandap Miliki Potensi Longsor

GARUT– Wakil Bupati (Wabup) Garut, Helmi Budiman, meninjau lokasi sungai dan tebing di kawasan pemukiman penduduk, wilayah Kampung Dayeuhandap, Kecamatan Garut Kota. Lokasi tersebut dinilai berpotensi terjadi bencana tanah longsor.

Helmi mengatakan, pihaknya akan segera melakukan penanggulangan di wilayah sungai dan tebing itu. Penanganannya akan segera dilakukan dengan pembuatan tanggul sungai dan bronjong tebing.

“Ini kan aliran Sungai Cipeujeuh, menurut laporan dari warga, ini beberapa kali terjadi banjir, bahkan bisa sampai 1,5 meter di lapang ini dan mungkin dengan ketinggian tersebut. Diperkirakan rumah pun terkena imbas banjir,” kata dia melalui keterangan resmi, Senin (31/8).

Menurut dia, harus ada upaya secepatnya dalam penanggulangan masalah itu. Ia menyebutkan, paling tidak harus dibuat sempadan atau tanggul pada bantaran sungai, agar air tidak melimpah dan juga tidak memperkecil lebar sungai.Sadakeling, hingga Hutan Sancang yang ada di Garut Selatan. Di awal musim yang memasuki kemarau ini sendiri, beberapa kejadian kebakaran lahan, seperti di kawasan Gunung Guntur beberapa hari kemarin,” katanya, Senin (31/8).

Sejak awal kemarau sendiri, ungkap Sofyan, setidaknya kurang lebih 18 hektare lahan di Kabupaten Garut terbakar karena beberapa hal. Luasnya area lahan yang terbakar, terjadi akibat minimnya sumber air di lokasi kebakaran sehingga proses pemadaman dilakukan secara manual, atau dilakukan sekat bakar.

“Memang lokasi lahan yang terbakar dan lahan yang rawan kebaran berada di ketinggian sehingga jauh dari sumber mata air. Selain itu, kondisi medan juga menjadikan mobil pemadam sulit sampai langsung ke titik lokasi kebakaran. Jadinya kita ya melakukan pemadaman secara manual dengan tim gabungan dari beberapa unsur,” ungkapnya.

Penyebab kebakaran di sejumlah lahan di Kabupaten Garut sendiri, dijelaskan Sofyan, bisa terjadi karena faktor alam dan manusia. Faktor alam akibat gesekan pohon di tengah teriknya matahari, sedangkan manusia akibat kelalalain, baik saat melakukan pembakaran ilalang hingga membuang puntung rokok sembarangan.

Tidak jarang juga, menurutnya, kebakaran lahan dipicu oleh aksi pendaki yang lupa mematikan bekas kegiatan memasak atau menyalakan api unggun saat melakukan pendakian. “Kita jadinya menggiatkan himbauan kepada pendaki bahkan kepada masyarakat juga agar jangan sampai lalai membiarkan bekas memasak atau membuat api unggun masih menyala saat ditinggalkan. Itu bisa memicu kebakaran lahan,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan