Kamala Devi

Kamala dan adiknyi, Maya, ikut ibu mereka ke Kanada. Sang ibu menjadi guru besar di McGill University. Maka Kamala sekolah SMA di Quebec, dekat tempat ibunyi mengajar.

Gelar sarjana politik dan hukum diperoleh Kamala di Washington DC dan UC Hasting di San Fransisco. Kamala pun berkarir di kejaksaan.

Dia terpilih sebagai jaksa distrik. Di sana jaksa itu dipilih langsung oleh rakyat. Kamala lantas ikut pemilihan jaksa di kota besar San Fransisco. Terpilih. Berikutnya ikut pemilihan Jaksa Agung California. Terpilih. Maju lagi terpilih lagi. Sampai 2017.

Tahun itu Kamala menjadi calon anggota Senat dari Dapil California. Pun terpilih. Lalu ikut konvensi calon presiden di Partai Demokrat. Dukungan untuk Kamala sempat tertinggi.  Tapi akhirnya disalip Joe Biden. Kamala pun mengundurkan diri dari pencalonan.

Kamala tidak punya anak. Tapi ia mengasuh dua anak bawaan suaminyi dari perkawinannya terdahulu. Sang suami juga seorang jaksa.

Apakah kerelaan Trump menyumbang Kamala Harris dulu itu bisa menjadi bukti bahwa Trump itu tidak rasis?

Banyak yang menilai sumbangan Trump waktu itu bukan sebagai dukungan kepada keturunan hitam-Asia. Itu dianggap sebagai permainan rolet Trump. Khas pengusaha. Menyumbang dua pihak untuk kepentingannya sendiri.

Tapi apa komentar Kamala sendiri?

“Itu tidak perlu lagi di perdebatkan. Begitu panjang daftar ucapannya. Begitu banyak Twitter-nya. Lihat juga tindakannya sebagai presiden. Jelas sekali Trump itu punya jiwa kebencian. Membeda-bedakan. Jelas sekali semua itu rasis,” ujar Kamala.

Kamala belum pernah ke Jamaica, kampung halaman bapaknyi. Tapi dia pernah ke Chennai, tempat kelahiran ibunyi. Yakni setelah sang ibu meninggal. Kamala membawa abu ibunyi itu ke India. Lalu menaburkan abu itu di laut dekat Chennai, di Teluk Benggala.(Dahlan Iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan