REFORMASI merupakan suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut arti kata dalam bahasa Indonesia, pengertian reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.
Kata reformasi menjadi sangat populer ketika gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto. Dalam sejarah Islam, istilah reformasi sudah mulai muncul pada zaman kekhalifahan Muawiyah bin Abu Sofyan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Muawiyah mengubah sebagian besar kebijaksanaan pendahulunya. Kalau pada masa empat khalifah sebelumnya, pengangkatan khalifah dilakukan dengan cara pemilihan, maka Muawiyah mengubah kebijakan itu dengan cara turun-temurun. Karenanya, khalifah penggantinya adalah Yazid bin Muawiyah, putranya sendiri.
[ihc-hide-content ihc_mb_type=”show” ihc_mb_who=”3,4″ ihc_mb_template=”1″ ]
Di samping itu, Muawiyah juga telah menggagas beberapa perubahan yang memiliki tujuan meningkatkan dan meluaskan pengaruh kekhalifahan menjadi lebih besar. Beberapa ide reformasi di antaranya pembentukan Armada Laut, sehingga pasukan muslim bisa meluaskan pengaruhnya sampai ke Eropa. Melakukan berbagai upaya penaklukan. Slah satunya pengepungan Konstantinopel. Merupakan upaya penaklukan pertama Konstantinopel oleh umat muslim, serta mengamankan wilayah di dekat perbatasan. Dengan melakukan inspeksi militer ke daerah perbatasan daerah kekuasaannya di Syam.
Dalam bidang pemerintahan, Muawiyah lebih mengedepankan kecakapan dan kesetiaan daripada sistem kebangsawanan lama. Muawiyah dikenal sebagai negarawan dan politikus ulung. Mempunyai kemampuan diplomasi yang sangat tinggi. Pada masa ini, kaum muslimin memperoleh kemajuan yang sangat pesat. Tidak hanya penyebaran agama Islam, tetapi juga penemuan-penemuan ilmu lainnya.
Sosok Muawiyah Yang Kontroversial
Ayah Muawiyah adalah Abu Sufyan bin Harb, seorang pembenci rasulullah dan akhirnya masuk Islam. Diikuti juga oleh istrinya Hindun binti Utbah, seorang pemakan jantung paman rasulullah, karena saking benci nya dengan Islam dan rasulullah.
Saat kecil, Abu Sufyan pernah melihat Muawiyah yang sedang merangkak, lalu berkata, “Anakku ini berkepala besar, dia pantas memimpin kaumnya”. Hindun menjawab, “Hanya memimpin kaumnya saja? Seharusnya ia memimpin bangsa Arab seluruhnya”.