Dalam hal ini merahasiakan sakitnya Bung Karno justru menimbulkan bencana.
Di era modern banyak pemimpin negara yang membuka diri. Lee Shien Long dari Singapura justru menceritakan secara detail penyakitnya. Saat ia terkena kanker.
Padahal sistem politik di Singapura sangat mungkin untuk merahasiakannya.
Bisa juga terjadi: politisi takut diberitakan sakit. Takut kalau posisi politiknya terancam. Bisa-bisa di-PAW. Atau di-reshuffle.
Pengusaha juga takut diberitakan sakit: harga sahamnya bisa turun. Atau bank tidak mau lagi memberi pinjaman. Atau lawan bisnisnya menyiapkan strategi menjatuhkannya.
Saya tidak tahu dalam konteks yang mana penyakit sekarang ini dirahasiakan berikut identitas pasiennya. Kok tidak dibuat kategori mana yang rahasia dan mana yang tidak. Tentu ada asbabunnuzulnya.
Atau jangan-jangan itu hanya copy paste dari UU sejenis di luar negeri –yang konteks sosialnya berbeda.
Saya tentu setuju merahasiakan pasien dan penyakitnya. Tapi hanya untuk bidang tertentu dengan alasan tertentu.
Sedang Covid-19?
Menurut saya justru harus dibuka. Selebar-lebarnya. Seperti yang dimaksud dalam UU Keterbukaan Informasi.
Covid-19 adalah wabah. Kategorinya wabah tertinggi di dunia: pandemik.
Apakah Civid-19 merupakan penyakit yang memalukan? Sama sekali tidak.
Semua orang bisa tertular –termasuk yang tidak bersalah sama sekali pun.
Apakah Covid-19 membahayakan posisi politik penderita? Sama sekali tidak. Seandainya membahayakan sekali pun tidak relevan lagi. Membahayakan umum lebih bahaya dari pada membahayakan pribadi. Kecepatan penularan Covid-19 ini begitu tinggi. UU tersebut justru bisa kita tuduh sebagai salah satu pendorong percepatan penularannya.
Mungkin Mohammad Sholeh (DI’s Way:Pemuda Sholeh) perlu turun tangan. Apalagi ia juga baru sukses menggugat kenaikan iuran BPJS.
Pemerintah –atas dorongan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)– juga bisa turun tangan.
Rasanya kita semua perlu tahu siapa di antara lingkungan kita yang sudah tertular. Agar dengan cepat bisa melakukan pencegahan.
Menurut perhitungan saya jumlah yang meninggal di Italia sudah akan lebih besar dari yang meninggal di Tiongkok. Besok atau lusa. Bahkan mungkin hari ini.
Keterlambatan penanganan Covid-19 bisa meruntuhkan negara. Kita bukan negara kaya yang punya banyak tabungan.