Warga Desa Cilame Alami Krisis Air Bersih

NGAMPRAH– Kendati sudah mulai turun hujan beberapa hari terakhir, namun ratusan warga enam RW di Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sebulan terakhir mengalami krisis air bersih.

Beberapa warga terpaksa harus ‘mengungsi’ ke masjid terdekat hanya untuk sekadar bisa ikut mandi. Bahkan, warga lainnya juga harus rela membeli galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Di RW saya mengalami kesulitan air bersih. Dari total 690 KK yang benar-benar krisis dan perlu bantuan air bersih ada sekitar 150 KK, warga akhirnya memilih untuk membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Ketua RW 5 Kampung Simpati, Desa Cilame, Ondi Mangkubumi di Ngamprah, kemarin (29/10).

Dia menjelaskan, kemarau tahun ini dinilai paling parah karena tahun-tahun sebelumnya tidak pernah warga di wilayahnya kesulitan air bersih. Bukan hanya warga di permukiman biasa, di beberapa kompleks perumahan yang bersebelahan dengan RW-nya juga mengalami hal serupa. Dirinya berharap ada bantuan segera dari Pemkab Bandung Barat untuk mendistribusikan air bersih ke masyarakatnya.

Salah seorang warga, Ermanto mengaku, sumur di rumahnya sudah mengering sejak sebulan lalu. Untuk kebutuhan air sehari-hari seperti masak dan mencuci, dirinya menyiapkan delapan galon air yang dibelinya. Secara ekonomi, kondisi itu jelas memberatkan karena ada cost yang harus dikeluarkan. “Jelas berat karena air jadi harus beli. Saya sendiri kalau mau mandi pagi atau sore ikut ke masjid yang dekat rumah,” kata warga Kompleks Perumahan GBR 2, Cilame ini.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Cilame, Asep Herman mengaku, telah banyak menerima keluhan soal krisis air bersih yang menimpa warga. Berdasarkan data tercatat ada enam RW yang benar-benar kondisinya krisis air, yakni di RW 11, 12, 13 Kampung Cibodas, Kampung Ciwantani RW 17, serta RW 5 dan 3 Kampung Simpati.

 

Termasuk air PDAM ke kantor desa juga sering tidak ngocor sehingga kalau staf desa ingin air terpaksa pulang atau ke masjid yang dekat kantor desa.

Untuk di RW 11 tercatat ada 518 KK yang butuh bantuan air, kemudian di RW 12 ada 354 KK, RW 13 ada 200 KK, RW 17 ada 450 KK, serta RW 5 dan 3 ada lebih dari 150 KK. Dia mengakui dampak kemarau tahun ini memang dirasakan yang paling berat oleh warga, terutama di enam RW tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan