“Kan kita mendeklarasikan diri untuk memberikan dukungan penuh kepada Presiden Jokowi. Dukungan itu kan bukan hanya memilih, tetapi juga dukungan memberikan ruang kepada Pak Jokowi untuk memilih putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi pendamping beliau,” tegas Dedi.
Soal posisi Partai Golkar di parlemen pun, Dedi menyatakan, Partai Golkar tidak pernah bicara soal ‘jatah’ di parlemen. Dedi kembali menegaskan, Partai Golkar menilai, kemampuan lah yang bakal menjadi penentu posisi partai politik (parpol) di parlemen.
“Kemampuan itu bisa diukur dari partainya. Kalau di partai A sumber dayanya lebih banyak, lebih mumpuni kapatabelnya, kenapa tidak partai A juga mendapat kualitas. Kan kenapa tidak. Tapi kalau bicara soal kapabilitas, kan di Golkar bidangnya,” ujar Dedi tersenyum.
Disinggung soal namanya yang digadang-gadang bakal menempati salah satu jabatan menteri dan kabarnya sudah direstui Airlangga Hartarto, Dedi langsung menepisnya. Dedi berkilah, hingga saat ini, dirinya belum mendengar langsung bahwa Airlangga Hartarto mengajukan namanya untuk menempati jabatan menteri.
“Kalaupun Pak Airlangga menyampaikan nama-nama (kandidat menteri) itu, itu pasti rahasia. Makanya beredar nama itu saya juga aneh. Kenapa sih nama saya jadi ada? Kalau saya mah orang Sunda segini juga sudah uyuhan (saya orang Sunda, posisi saya saat ini juga sudah bagus). (soal siap tidak siap menjadi menter?) ya nanti mah, nanti saja,” tutup Dedi.
Di tempat yang sama, Direktur Poltraking Hanta Yudha mengakui, situasi politik saat ini sudah mulai mencair. Namun, dia juga mengakui, saat ini, ada dua momentum yang paling krusial, yakni penentuan pimpinan di parlemen dan penentuan menteri.
Terkait penentuan pimpinan parlemen, dia memprediksi, jika mengacu pada aturan perundang-undangan, semua partai politik atau fraksi bisa mengusulkan. Oleh karenanya, penentuan pimpinan parlemen akan ditentukan oleh pecah atau tidaknya koalisi parpol pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Kalau tidak terpecah, dari komposisinya, ya fraksi pendukung Jokowi-Maruf Amin lah yang akan memenangkan pertarungan karena mereka sudah menguasai 60,4 persen di DPR RI, kemudian ditambah DPD kan katakan DPD dibelah dua saja sudah menang. Tetapi, kalau misalnya ada potensi dibelah, ya itu akan semakin dinamis,” pungkasnya. (yan)