Transformasi PT Pos Indonesia Menghadapi Era Digital dan Revolusi Industri 4.0

”Itu kami ada. Kami hadir. Keberadaan Pos tidak dibagi dari kepadatan ekonomi, te­tapi geographical presence. Jadi batas negara ada di ma­na kami harus hadir sampai batas negara itu. Jadi kami hadir dan tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Zaman dulu orang mengirim surat harus datang Kantor Pos atau memasukkannya ke dalam kotak pos. Sementara konteks yang baru tidak begitu.

”Sekarang, kalau Anda (pe­rusahaan logistik) tidak mau jemput (barang), ada orang lain yang mau jemput lho. Secara physical presence di Jakarta loket Kantor Pos ba­nyak sekali mewakili kepada­tan penduduk, tapi tidak perlu harus tersebar. Jakarta dengan penduduk 9 juta ha­rusnya Pos memiliki keterse­diaan seperti convenience store, di semua kampung harusnya ada. Ini yang kita garap untuk coba member­dayakan masyarakat untuk bisa menjadi agen-agen pos. Itulah bisnis modelnya untuk meningkatkan kehadiran layanan postal sampai ke level-level kampung seperti convenience store, nyaman bagi masyarakat,” jelasnya.

”Saat ini kita ada kurang lebih dari 5.000 agen di seluruh In­donesia. Tapi memang belum sepenuhnya mengikuti kaidah baru yang ingin kita terapkan, tapi nantinya kehadiran Pos transformasinya akan disesu­aikan dengan kepadatan e-commerce,” tambahnya. (tim)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan