Oyster Terbelah Dua

Tapi keduanya pilih damai. Jembatan diizinkan dibangun. Asal tingginya 50 meter dari permukaan air laut. Untuk kebebasan lalu-lintas kapal.

Tinggal soal dana.

Uni Eropa bersedia menyediakan sebagian besar dana itu. Syaratnya: spesifikasi jembatan harus memenuhi standar Eropa. Tendernya pun harus benar-benar terbuka: tender internasional. Tidak boleh tender-tendaran. Apalagi ada sogokan untuk pejabat di negara pemilik proyek: Kroasia.

Jerman, Perancis, Austria, Turki dan Belanda ikut tender. Demikian juga Italia. Tetangga terdekat Kroasia.

Demikian juga akhirnya: Tiongkok.

Pemenangnya: yang terakhir itu. Dengan tawaran 205 juta Euro. Selisih sekitar 60 juta Euro. Atau sekitar Rp 1 triliun lebih murah.

Hebohnya buka main. Bagaimana Tiongkok bisa menawar begitu murah.
Proyek Tiongkok sebenarnya bisa murah. Asal tendernya benar-benar tidak diatur. Tidak ada dana yang mengalir di balik tender itu.

Jembatan Kroasia buka saja pijakan pertama bagi Tiongkok di Eropa. Tapi juga promosi bahwa Tiongkok akan mampu membangun jembatan dengan standar Eropa.

Kini jembatan itu sedang dikerjakan. Dimulai Oktober lalu. Akan selesai tahun 2022.
Penggemar oyster bisa segera mencoba jembatan ini. Tidak ada masakan oyster lebih enak dari Kroasia.

Memang di sekitar bawah jembatan itulah pusat pengembangan oyster dunia. Sejak zaman kuno dulu. Pun sebelum kekaisaran Roma.

Penggemar oyster sudah bisa merencanakan tur ke Kroasia. Tahun 2023 nanti.

Saya usul: kalau ke sana baiknya di bulan Maret. Seperti sekarang ini. Minggu ini. Pas di sana panen raya oyster. Bisa melahapnya di Mali Ston. Sambil memandang jembatan baru.

Oyster ala Kroasia dengan jembatan ala… haiyya.. ala mana ya? (Dahlan Iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan