Publik Harus Bisa Bedakan Hasil Survei Kajian Akademis Atau Rekayasa

Diakhir penyampaianya, Maruara mengajak pihak oposisi yang selama ini kritis seperti Fadli Zon untuk saling menghargai dalam membangun Indonesia.

“Fadli zon petarung- saya petarung, kita punya strategi masing masing. masing masing kita saling menghormati, Siapa yang menang, siapa yang kalah, saya pikir saling menghargai itu Indonesia yang kita bangun,” tegasnya.

Bagi Wakil ketua DPR RI Fadli Zon, perkembangan lembaga survei di Indonesia saat ini, berhimpit dengan perkembangan lembaga konsultan politik, hal tersebut menurutnya yang menjadi persoalan dasarnya.

“Satu identitas yang berbeda dimana lembaga survei sendiri dan lembaga konsunsultan politik juga sendiri, jika lembaga survei berhimpit dengan konsultan politik maka akan ada conflict of interest, Survei jadi alat propaganda atau alat kampanye dari yang meng-hire sebagai konsultan politik,” terangnya.

Menurut Fadli, kondisi seperti itu bisa membuat sebuah lembaga survei menjadi predator politik yang tidak menggambarkan pekerjaanya (tupoksi) untuk menggambarkan ke publik. Dirinya pun tidak memungkiri bahwa tidak semua lembaga survey seperti itu. Namun

“Inilah yang membuat lembaga survei, tidak semua ya? bisa menjadi predator demokrasi,predator politik. karena mereka ini menjadi mafia, menjadi mafia survei,” tutur Politisi Gerindra tersebut.

Fadli mencontohkan dalam survei SMRCdi Pilkada Jawa barat, partai Geridra mengusung Sudrajat-Saichudalam survei nya selalu rendah, di SMRC hanya menempatkan 7,9 persen, Charta politika7,6 persen, LSI Denny JA 8,2 persen. Hasilnya 28,7 persen, jadi dari 7 persen menjadi 28,7 persen.

“Ini logikanya dimana, bisa meleset 400%. harusnya lembaga survei udah bunuh diri. Kalau di luar negeri ini harakiri ini, karena kesalahan itu sampai ratusan persen,” katanya.

Masalah metodologi, sambung Fadli, saat ini sudah menurun dan memakai metodologi kuno, harus evaluasi total terhadap metodologi disebabkan waktu pemilihan presiden Amerika 2016.
“Donald Trump itu juga diprediksi oleh hampir semua lembaga survei itu kalah, bahkan New York times Hilarry Clinton menang 85 persen , Donald Trump itu hanya dikasih 15 persen ternyata Donald Trump yang menang,” tandasnya.

Di akhir pemaparanya, Fadli menjelaskan hasil survei pihaknya mengatakan peluang Prabowo menang sangat tinggi dan Jokowi sudah game over. Menurutnya, seorang petahana jika sudah dibawah 50% itu sudah selesai (tamat). (*/fin/tgr)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan