NGAMPRAH– Badan Kepegawaian, Pelatihan, dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Bandung Barat menyebutkan jika dari kuota 328 calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Bandung Barat, hanya 263 formasi yang terisi. Saat ini, proses pemberkasan para CPNS tengah dilakukan.
“Memang kuota yang kami siapkan berdasarkan keputusan dari pusat tidak terisi semua. Karena ada beberapa formasi yang sepi peminat. Saat ini pemberkasan berlangsung sampai akhir Februari ini untuk kemudian disampaikan ke BKN (Badan Kepegawaian Negara),” kata Pelaksana Tugas Kepala BKPSDM Agus Maolana di Ngamprah akhir pekan lalu.
Diakuinya, tidak semua kuota CPNS di Bandung Barat terpenuhi lantaran berbagai hal. Di antaranya, tidak ada yang mengajukan untuk posisi dokter spesialis. Hal ini tak hanya terjadi di KBB, tetapi juga di berbagai daerah lainnya.
Agus mengungkapkan, sebagian besar pelamar mengisi formasi tenaga pendidikan dan kesehatan. Kedua bidang tersebut memang banyak dibutuhkan di Bandung Barat. “Untuk posisi pengajar dan tenaga kesehatan memang paling banyak,” tuturnya.
Seperti diketahui, pada seleksi CPNS 2018, Pemkab Bandung Barat mendapat kuota sebanyak 328 formasi, yang terdiri atas 76 formasi untuk eks honorer K2 dan 252 formasi CPNS dari peserta umum, termasuk untuk lulusan cumlaude dan peserta disabilitas.
Untuk lulusan cumlaude, alokasinya ialah 3 orang untuk posisi dokter, sedangkan penempatan buat CPNS dari peserta disabilitas buat 2 guru dan 1 asisten apoteker. Adapun untuk peserta CPNS dari peserta eks honorer K2 terdiri atas 70 tenaga pendidik dan 6 tenaga kesehatan.
Dengan masih banyaknya kuota CPNS yang tidak terisi, Pemkab tak bisa berbuat banyak. “Sebab, kami hanya mengikuti aturan yang ditentukan pusat. Jadi, walaupun kebutuhan PNS masih banyak, kami belum bisa memenuhinya,” ujar Agus.
Dia menambahkan, para CPNS yang bertugas di Bandung Barat nanti diharapkan bekerja dengan disiplin. Saat ini, Pemkab juga berupaya meningkatkan kedisiplinan pegawai di antaranya dengan menerapkan sistem fingerprint untuk absensi.
Dengan sistem fingerprint, menurut Agus, kedisiplinan pegawai meningkat signifikan. Mereka kini tak bisa seenaknya datang ataupun pulang kerja. “Dengan fingerprint, para ASN lebih disiplin. Bahkan, kehadiran saat apel juga meningkat menjadi 92 persen,” katanya.