Imlek 2570, Pos Indonesia Luncurkan Prangko Shio Babi

Seperti halnya babi, “celeng”, sebutan orang Jawa untuk babi hutan, juga memiliki sifat-sifat subur, seleranya besar dan suka berkubang. Dengan demikian celeng juga menjadi simbol kemakmuran, keberuntungan dan penghubung antara manusia dengan bumi.

Bukti penting persepsi masyarakat terhadap uang tergambarkan dalam wujud celengan babi dengan lubang di punggungnya untuk memasukkan uang logam. Meskipun bentuknya bisa manusia, guci, atau binatang lain selain babi. Namun, namun sebutan yang dipilih adalah celengan.

Kata celengan agaknya baru diperkenalkan oleh Masyarakat Jawa pada masa kemudian, karena bahasa Jawa Kuno hanya mengenal kata celeng (babi atau babi hutan) dan pacelengan (kandang babi).

Di masa lalu, sejumlah besar celengan, telah digali di sekitar Wilwatikta (Trowulan), ibukota kerajaan Majapahit. Beberapa di antaranya dipajang di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Sayangnya, banyak di antara celengan tersebut ditemukan dalam keadaan rusak dan berupa kepingan atau pecahan.

Uniknya, beberapa celengan dari Majapahit tersebut ditemukan masih berbentuk sesuai aslinya, lengkap sebagaimana profil seekor babi yang utuh. Pembuatan celengan ternyata telah berkembang sekitar abad ke-14. Temuan ini menggambarkan perubahan ekonomi di kerajaan Majapahit yang ditandai dengan munculnya usaha dan pekerjaan yang lebih terspesialisasi, pembayaran dengan upah, dan perolehan barang kebutuhan sehari-hari dengan cara jual-beli. Tempat menyimpan uang tertua pertama berupa celengan berbentuk babi yang terbuat dari terakota (tanah liat) di Majapahit tersebut merupakan simbol kemakmuran kota kerajaan di masa itu.

Dengan semakin berkembangnya waktu, celengan babi dianggap tak lagi mampu bertahan. Sebab, seperti yang diketahui, sebagian besar celengan tanah liat itu perlu dipecahkan setelah terisi penuh. Meski masih ada yang memanfaatkan celengan di era modern ini, bentuk celengan-pun telah berubah. Media alternatif penyimpanan uang tersebut kini dominan berbahan dasar plastik, kayu, aluminium, atau keramik. Bahkan sebagian masyarakat modern saat ini dominan memanfaatkan perbankan untuk hal-hal yang terkait dengan keuangan. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan