Emil menambahkan, Inspirasi program OPOP berasal dari Pesantren Nurul Iman di daerah Parung, Bogor. Dimana di pesantren tersebut telah berdiri pabrik roti yang bisa membiayai para santrinya untuk menuntut ilmu dengan gratis.
Sementara Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat Dudi Sudrajat mengatakan, Lauching OPOP menampilkan berbagai produk dari berbagai pondok pesantren.
Pihaknya akan melakukan seleksi pesantren yang dianggap memenuhi persyaratan untuk berpartisipasi dalam program ini. Pesantren tersebut harus memiliki visi dan niat untuk menjalankan usaha, memiliki SDM, memiliki lahan, ketersediaan bahan baku, potensi pasar dan lain-lain.
’’Pemprov Jabar akan melakukan survei tentang produk-produk yang memiliki potensi pasar yang bagus. Kemudian ditawarkan kepada pasantren untuk diproduksi,”jelas dia.
Selain itu, pihaknya juga akan memberikan pesndampingan dan pelatihan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan Pemprov Jabar akan memberikan bantuan tambahan modal dan ajang pameran bagi produk-produk pesantren.
Sementara itu, Bupati Bandung H. Dadang M Naser, menilai, keberadaan Pesantren Al-Ittifaq yang sudah bisa berbisnis dan mandiri adalah sebuah kebanggaan pemerintah daerah.
Menurutnya, hasil dari agribisnis yang dijalankan Al-Ittifaq ini, sudah dipasarkan ke pasar-pasar modern dan supermarket dengan omset mencapai 300 juta perbulan.
’’Kami sangat bangga Al-Ittifaq dijadikan percontohan bagi pesantren-pesantren lainnya,” ungkap Dadang.
Program OPOP yang digulirkan Pempov Jabar, lanjut Dadang selaras dengan program Bandung 1000 Kampung. Sebab, program OPOP sesuai dengan program Kabupaten Bandung yakni One Village One Product (Satu desa satu produk).
’’ Kata kan memiliki 270 desa dan lebih dari 4000 semuanya memiliki potensi produk unggulan yang bisa dimunculkan dan dikembangkan, seperti hasil bumi, konveksi dan kerajinan,” kata dia.
Dadang berharap, diluncurkannya program pesantren juara tersebut, diharapkan pesantren-pesantren khususnya yang berada di Kabupaten Bandung bisa berdaya dan mandiri dari segi perekonomiannya.
“Saya harap pesantren-pesantren lainnya bisa termotivasi untuk mencari potensi produk yang bisa menjadikan pesantrennya menjadi mandiri secara ekonomi,” tandasnya. (adv/yul/yan)