Guru Terjangkit Virus Intoleransi

APABILA kamu diberi pen­ghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesung­guhnya Allah memperhitung­ankan segala sesuatu”, (AN-NISSA: 86).

Allah SWT mewajibkan ham­banya untuk saling menghor­mati satu sama lain, dan dengan adanya penghorma­tan antara satu sama lain, maka kedamaian pun tidak akan pernah menjadi utopis, kedamaian akan tercipta dengan sendirinya. Negara mana pun itu bisa mencipta­kan kedamaian yang dibuat oleh warga negaranya yang saling menghormati satu sama lain, begitu juga dengan negara yang menganut plu­ralisme. Dengan menerapkan pluralisme, tentunya sebuah tantangan yang besar bagi warga negaranya untuk saling menghormati satu sama lain.

Begitu pun dengan Indone­sia, upaya untuk menghor­mati satu sama lain merupa­kan suatu hal yang cukup sulit, karena sangat tidak jarang jika di Indonesia sendiri sering mengalami culture conflict (konflik budaya) yang sangat kompleks. Isu mengenai SARA juga sering menjadi perbincangan publik pada beberapa tahun belakangan ini. Bahkan hal ini juga di­buat semakin pelik, jika be­berapa oknum yang selalu menyebarkan kebencian hadir di sekitar kita. Oknum tersebut selalu mengatasna­makan sebagai seorang aga­mawan, cendikiawan, bahkan oknum politisi yang sering­kali membuat gaduh. Hate Speech yang seringkali men­jadi konsumsi publik pada setiap harinya, justru pada saat ini semakin menyebar dengan pesat, sehingga se­makin sulit untuk menemukan dari mana sumbernya, dan siapa oknum yang menyebar­kan kebencian tersebut.

Ironisnya kini virus tersebut juga terus merambah ke dalam dunia pendidikan kita. Buk­tinya saja pada saat kemarin, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Sya­rif Hidayatullah menunjukan data sebanyak 57 persen guru memiliki opini intole­ransinya terhadap pemeluk agama lain. Sedangkan 37,77 persen mempunyai keinginan untuk melakukan perbuatan intoleran. Data tersebut tidak bisa dianggap sebagai hal yang tidak penting, karena hal ini sudah menyangkut dunia pendidikan kita, jika dunia pendidikan kita dipenuhi dengan guru yang intoleran­si, maka tidak menutup kemungkinan juga bahwa masa depan Indonesia pun akan selalu diwarnai dengan virus intoleransi yang sema­kin mendarah daging. Maka dari itu, sudah seharusnya semua pihak memperhatikan sebab mengapa semua itu terjadi, serta harus menemu­kan solusi terbaiknya, agar tidak ada lagi virus yang ber­nama intoleransi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan