Hujan Turun, Warga Masih Kesulitan Air

CIMAHI– Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas I Bandung, Tony Agus Wijaya, mengatakan saat ini pihaknya terus memonitoring dan menganalisa curah hujan di seluruh wilayah Jawa Barat.

Menurutnya, kota wilayah Bandung Raya sudah memasuki musim hujan sekitar bulan November dan Maret, sehingga beberapa pekan terakhir sempat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung.

Meski hujan belum merata, namun mengingat sudah memasuki musim hujan, maka transisi wilayah turun hujan akan merata beberapa waktu kedepan.

”Di musim hujan, curah hujan setiap harinya bervariasi. Dipengaruhi oleh kondisi dinamis atmosfer lapisan udara,’’jelas Tonny ketika dihubungi kemarin. (18/11).

Dia menuturkan, sampai saat ini berdasarkan pengamatan pola angin setiap harinya masih cenderung berubah, sehingga membuat awan hujan bisa terkumpul di Bandung atau menjauh, keadaan ini bisa berakibat terjadi cuaca cerah di pagi hari dan berpotensi hujan di sore hari.

Meski begitu, sejumlah daerah di Cimahi masih mengalami kesulitan air bersih. Beberapa daerah tersebut yakni Kecamatan Cimahi Selatan, seperti Kelurahan Utama, Kelurahan Leuwigajah, Kelurahan Cibeber, maupun Kelurahan Melong.

Salah satu yang mengalami kesulitan air bersih adalah masyarakat Komplek Nusa Persada, RW 13 Kelurahan Leuwigajah, hampir 130 rumah di komplek tersebut menggunakan air PDAM untuk kebutuhan sehari dan kini mereka mengalami kesulitan air bersih sudah hampir 3 bulan.

Menurut Ketua RW 13, Momon Suparlan, setiap tahun, wilayah yang ditinggalinya mengalami kesulitan air bersih terutama pada musim kemarau. ”Untuk tahun ini, hampir 3 bulan air PDAM sama sekali tidak mengalir, tapi setiap bulannya tetap harus bayar. Kita dapat suplai air dari PDAM, tapi seminggu belakangan ini tidak ada,” ujar Momon saat ditemui di Komplek Nusa Persada, Minggu (18/11).

Untuk memenuhi keperluan air setiap hari, warga mengantre air dari masjid setempat atau meminta dari tetangga yang kebetulan memiliki pompa air sebagai sumber air cadangan.

”Ya tentu dari masjid, atau saling tolong antar warga. Ada juga warga yang beli air jet pam, untuk 8 jerigen itu harganya sekitar 35 ribu. Daripada tidak punya air, ya lebih baik keluar uang,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan