Revolusi Industri 4.0 Jadi Tantangan Indonesia

SUMEDANG – Era revolusi industri tahap empat (4.0) memiliki sejumlah tantangan. Kesiapan masyarakat untuk berubah adalah salah satu tantangan terbesar yang me­merlukan dukungan sejumlah pihak.

Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Universitas Pad­jadjaran Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., mengatakan, Indonesia punya sejumlah tantangan untuk mengadaptasikan “smart society” sebagai perwujudan dari revolusi industri 4.0.

”Menjelang era 4.0, ada era agrarian society pada abad 18, industrial society abad 19, dan information society pada awal abad 20. Indonesia ma­sih memiliki empat era ter­sebut,” ujar Dr. Keri saat mem­buka seminar nasional ”Out­look Ekonomi Indonesia 2019 dalam Visi Digitalisasi Bisnis di Era Industri 4.0” di Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, belum lama ini.

Dia menjelaskan, sejumlah kota besar di Indonesia mun­gkin sudah memasuki era “smart society”. Namun, di beberapa daerah bisa saja masih berada di era “agra­rian society”.

Kondisi ini berbeda dengan kondisi di sejumlah negara. Dr. Keri mengambil contoh bagaimana homogennya pe­nerapan teknologi dalam pertanian di Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, pe­nerapan teknologi di perta­nian belum merata dilakukan.

”Dengan demikian, jika ber­cerita tentang digital bisnis, jangan lupakan masyarakat kita yang masih berada di era ‘agrarian society’,” ujarnya.

Dr. Keri mengatakan, aka­demisi diharapkan dapat berkontribusi untuk menje­mbatani antara kemajuan teknologi dan masyarakat. Proses ini diwujudkan mela­lui implementasi keilmuan yang dimiliki para akademisi.

Untuk itu, Dr. Keri mengha­rapkan akademisi maupun pebisnis dan pemangku ke­pentingan lainnya untuk mam­pu mengembangkan model blockchain digital bisnis yang menghubungkan seluruh struk­tur masyarakat Indonesia, mulai dari “agrarian society” hingga “smart society”.

Model ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya “smart society” melalui peng­gunaan teknologi yang tepat untuk setiap wilayah.

”Indonesia ini adalah negara beragam, sehingga butuh teo­ri tersendiri,” kata Dr. Keri.

Seminar nasional ini digelar atas kerja sama Unpad dengan Ikatan Alumni Unpad. Semi­nar ini menghadirkan pem­bicara kunci Staf Ahli Men­teri Perindustrian Bidang Penguatan Struktur Industri Soerjono serta sejumlah pem­bicara dari kalangan akade­misi dan pebisnis. (*/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan