JAKARTA – Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2018 tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy) atau naik 3,09 persen dibanding pertembuhan ekonomi pada triwulan II Tahun 2018. Hal berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 5 November 2018.
Menyikapi hal itu Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di triwulan III itu cukup menggembirakan di tengah adanya tekanan eksternal.
”Ya alhamdulillah masih sangat baik dibandingkan dengan negara lain. Artinya, kita masih bisa mempertahankan pada posisi 5,1 persen hingga 5,2 persen,” kata Presiden Jokowi menjawab wartawan usai mencoba Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dari Bundaran Hotel Indonesia, di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, belum lama ini.
Presiden Jokowi juga menunjuk data tren konsumsi masyarakat yang juga masih di atas 5 persen. Menurut Presiden, itu baik, dan diharapkan kita bisa mempertahankan, menaikkan pada triwulan yang keempat.
”Dalam situasi global ekonomi yang menurun, perang dagang yang masih ramai, saya kira pertumbuhan ekonomi diangka 5,17 menurut saya cukup baik,” ujar Presiden Jokowi.
Mengenai prakiraannya sampai akhir 2018, Presiden Jokowi mengatakan, 5,1 persen.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai sebesar 5,17 persen. Ini berarti terdapat kenaikan sebesar 3,09 persen dibanding dengan triwulan II-2018.
”Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 9,19 persen; diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 8,98 persen; dan Jasa Perusahaan sebesar 8,67 persen,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers di kantor BPS Pusat, Jakarta, Senin (5/11) siang.
Berkaitan dengan angka pengangguran, Presiden mengatakan, sudah menunjukkan kecenderungan menurun meski jumlahnya masih di atas 5 persen lebih sedikit.
”Saya kira angka persentase seperti itu juga wajib kita syukuri, wajib kita syukuri. Menurun, tapi masih di atas 5 persen,” tegas Kepala Negara.
Bahwa yang menjadi pengangguran terbanyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Presiden Jokowi mengatakan, bahwa yang namanya vocational training, vocational school itu masih menjadi fokus pemerintah.
”Konsentrasi kita untuk memperbaiki kualitasnya, sehingga SDM kita betul-betul siap untuk masuk ke dunia kerja,” ucap Presiden seraya menambahkan, kerja sama dengan pemerintah Jerman terus berlanjut, sebagaimana kedatangan utusan dari Siemens yang akan membantu pemerintah di bidang vocational school ini. (and/fid/jay/es)