Pendidikan Yang Terkoreksi

Ada kekhawatiran bahwa adagium (Perencanaan yang salah sama dengan meren­canakan kesalahan) tengah berlangsung. Apakah sederet problema pendidikan Jawa Barat saat ini merepresenta­sikan adagium tersebut? Wal­lahualam bishawab. Sumbang saran solutif, dalam perenca­naan dikenal istilah Sfesific, Measurable, Achievable, Rea­listic and Time (SMART), Bila konsep “Jabar Masagi” disepakati sebagai jargon pendidikan Jawa Barat Juara untuk masa yang akan datang sejatinya istilah SMART ini menjadi rujukan bagaimana menyusun sebuah perenca­naan pendidikan.

Berikutnya aspek Organizing yang meliputi penugasan se­tiap aktivitas, membagi pe­kerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentu­kan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas, terkoreksi dari struktur organisasi Dinas Pedidikan yang tidak lagi memiliki pe­jabat eselon 4 di beberapa bidang teknis (eselon 3) yang justru secara operasional ke­berhasilan pelaksanaan tu­gasnya sangat ditunjang oleh keberadaan eselon 4 ini.

Mengembalikan keberada­annya adalah sebuah kenis­cayaan. Selanjutnya jumlah cabang dinas yang ada seka­rang tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang harus dilayani, seyogianya perlu upaya terobosan berani untuk membuka cabang dinas Pen­didikan di setiap kabupaten/kota seluruh Jawa Barat.

Dan yang tidak kalah pen­tingnya adalah membuka kembali lembaga Balai yang menangani kajian khas yang selama ini menjadi keung­gulan Jawa Barat. Seperti Ba­lai Pelatihan Guru dan Te­naga Kependidikan, Balai Pengembangan Bahasa Dae­rah dan Balai Pelatihan dan Pengkajian Pendidikan Khu­sus dan Layanan Khusus.

Bersama dengan Balai Tek­nologi dan Komunikasi Pen­didikan yang telah ada kebe­radaan lembaga ini dengan sendirinya harus mengarah pada perbaikan empat elemen yang terintegrasi dalam kon­sep Jabar Masagi, yaitu: Per­tama, silih asih, yaitu men­cintai kehidupan dan kema­nusian. Kedua, silih asah, yaitu mencerdaskan dan tidak pintar sendiri.

Ketiga, silih asuh, yaitu saling mendampingi dan membim­bing antamanusia. Keempat, belajar menyampaikan hal yang baik. Dengan demikian akan menjadi laboratorium bagi pendalaman konsep cinta agama sebagai dasar dan kompas moral; jaga budaya, di antaranya melalui program Rebo Nyunda; Bela Negara, dan cinta lingkungan. Se­hingga benar-benar menjadi ciri pembeda pendidikan di Jawa Barat dengan propinsi lainnya di Indonesia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan