Telusuri Kebocoran UNBK

Namun, Cucu berpenda­pat lain, layak diujikan atau tidaknya soal yang terdapat pada mata pelajaran Ba­hasa Indonesia itu, tergan­tung pada persepsi. ”Soal itu. Ah, itu tinggal tafsir saja yang salah. Saya lihat soalnya baik. Tidak ada yang tidak layak,” ujar Cucu Suk­mana kepada Jabar Ekspres, kemarin (11/4).

Meski demikian sebut dia, jika memang ada ketidaklay­akan terhadap soal ujian. Pihaknya menilai tentu peng­awasan pada proses pem­buatan butir-butir soal terse­but, harus ketat. Dia juga menyarankan agar melibatkan ahli bahasa sebagai filter ut­amanya. Hal itu dipandangnya penting lantaran dapat men­deteksi soal-soal yang tidak layak atau layak diujikan pada anak didik.

”Kemendikbud kan yang membuat soal, tentu mereka memiliki SOP dalam mem­buat butir-butir soal. Dan tentunya, jika ada pengawasan harus diawasi saat pembuatan soal. Apabila kejadian bere­darnya soal tak layak benar terjadi,” jelasnya.

Cucu malah balik bertanya dari mana mendapatkan bukti soal yang jadi polemic tersebut. Karena sebut dia, baik paper base atau compu­ter base tidak boleh di foto baik oleh pengawas maupun pejabat sekolah setempat, apalagi siswanya. ”Kedua, setelah saya melihat. Soal itu masih layak diujikan, dari aspek tata bahasanya masih baik. Mungkin ini persepsi yang salah paham saja,” te­rangnya. (mg1/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan