Selesai Ajat, ”terbitlah” Dwi Indri Astuti. Nenek berusia 65 tahun. Pakaiannya serbaputih. Di tubuhnya melingkar tas selendang bertuliskan SBL. Dia datang bersama 55 jamaah lainnya dari Jawa Tengah. Pergi ke Bandung patungan menyewa bus. Sebab sesuai jadwal yang mereka terima, besok mereka berangkat umrah dari embarkasi Bandung.
Sampai di kantor SBL, hati mereka hancur berkeping-keping mendengar informasi pemberangkatan dibatalkan. Badan langsung terasa lemas. Jantung serasa hendak copot. Mulut komat kamit membaca istigfar. Bacaan itu kompak dilantunkan sejak bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan sejam sejak awal berangkat dari Jawa Tengah.
”Kami mengalami luka-luka. Dan memaksakan tetap berangkat ke Bandung karena besok jadwalnya berangkat umrah,” kata Dwi didampingi saudaranya, Atin.
”Kalau dibatalkan begini, lantas siapa yang mau nanggung beban hidup kami di sini (Bandung, Red). Sewa bus saja patungan. Mau balik lagi ke Jawa kami tidak punya ongkos. Siapa yang mau ngasih kami makan. Kami tidak bawa uang banyak karena niatnya ibadah umrah,” ucap Dwi pelan menahan isak tangis, menyayat hati semua orang yang sedang berada di ruangan.
Wildan gantian berbicara. Dia belum bisa memastikan kapan jamaah yang saat itu audensi bisa berangkat umrah. Kata ”diusahakan” yang dilontarkan Wildan serasa hanya PHP alias Pemberi Harapan Palsu. Bahkan, tangisan Wildan pun tak mampu mengobati kekecewaan calon jamaah. Dua jam berlalu tetap saja debat kusir. Tak ada kepastian. Hingga berdirilah Sofyan.
Dia datang dari Lampung. Bersama ibu dan tiga wanita sepuh. Datang ke Bandung dua hari sebelumnya. Menginap di hotel. Sudah dua malam dia di Kota Kembang tersebut. Hari pertama kedatangannya ke kantor SBL, amarahnya meluap.
Caci maki, kata pedas, sumpah serapah dilontarkan ke wajah Wildan. Ruangan seketika senyap. Hanya luapan amarah Sofyan yang terdengar. ”Saudaraku semuanya, sampai kapan pun, ini tidak akan selesai. Sebab, dia (Wildan, Red) ini hanya kronco. Bukan pemegang kebijakan,” tegas Sofyan sambil menunjuk wajah Wildan.
”Orang ini yang kemarin hampir saya matiin. Tapi ternyata dia di SBL bukan siapa-siapa. Hanya kronco. Jadi tidak ada gunanya kita di sini,” tambahnya.