Memilih Mati Ketimbang Jadi Upeti

Jelas, Maharaja Prabu Linggabuana tidak terima. Dia memilih untuk berperang dengan pasukan seadanya, tanpa persenjataan yang lengkap. Sebab rencana awal, mereka hanya berniat mengantar calon pengantin. Bukan berperang merebut kekuasaan.

Prabu Linggabuana memilih bertempur sampai tumpur daripada harus tunduk kepada Kerajaan Majapahit. Prabu Linggabuana beserta seluruh rombongan akhirnya gugur di medan Bubat.

Lalu Citraresmi? Perempuan yang saat itu nasibnya berada di ujung tanduk, tidak merasa harus tunduk pada keinginan Gajah Mada. Citraresmi menunjukkan sikapnya sebagai seorang perempuan sejati.  Dia menghunus patremnya (susuk rambut berisi pisau belati, Red), membunuh dirinya sendiri.

Citraresmi tidak ingin takluk pada kenyataan, bahwa dirinya hanya sebuah persembahan. Citraresmi tetap menjunjung tinggi kehormatan Kerajaan Sunda, meski dengan menyerahkan dirinya pada kematian.

Sang sutradara, Wawan Sofwan mengatakan, tak ada niat membuka luka lama dalam pementasan ini. Ide untuk mengangkat cerita ini datang ketika berbincang dengan Happy Salma beberapa waktu lalu.

”Sederhana saja. Kami ingin mengangkat cerita Citraresmi. Tidak niat apa pun, apalagi mengorek luka lama,” kata Wawan setelah pementasan.

Proses rekonsiliasi yang tengah dibangun menurutnya tidak menutup pintu untuk ruang berekspresi. Wawan menambahkan, saat rekonsiliasi ditempuh, semua orang harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Makanya, mulai Juni, mereka menyiapkan pementasan ini.

Dikatakannya, sejarah tentang Perang Bubat banyak menawarkan cerita. Pada akhirnya, mereka memilih episode penggalan cerita di mana Citraresmi dan para pengawalnya yang memilih bunuh diri.

Dia mengatakan, episode itu menunjukkan perempuan Sunda saat itu sudah berani bertindak. Mereka berani menentukan takdirnya sendiri. ”Episode perempuan ini yang menarik untuk diangkat, diungkap,” ucap Wawan.

Mengenai pilihan mementaskan Citratesmi dalam teater tari, Wawan menjawab idiom tari bisa mengeksplorasi seluruh aspek kesenian.

Melihat penampilan para pemain malam itu, Wawan merasa senang. Terlebih persiapan mereka melalui proses yang melelahkan. Sejak beberapa hari sebelum pementasan, mereka berlatih dari jam 10.00 hingga pukul 22.00.

”Saya senang, dan ini menjadi kebanggaan yang luar biasa. Di sini saya bisa bekerja sama dengan orang-orang luar biasa,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan