Kami Merasa Orang Indonesia Utuh Saat Ini

Keberadaan bandaralah yang mengubah itu semua. Tak ubahnya kotak pandora dalam mitologi Yunani: mengikis keterisolasian, menyisakan harapan.

Dengan keberadaan bandara tersebut, dari Manado ke Miangas kini cuma butuh 90 menit. Padahal, dulu, melalui laut sebagai satu-satunya jalur transportasi, diperlukan waktu minimal seminggu.

Melonguane juga jadi seperti sepelemparan batu. Sebab, pesawat ATR berpenumpang 72 orang yang melayani jalur Manado–Miangas transit di sana.

Efek domino bandara yang berupa kehadiran bank, kantor pos, dan jaringan komunikasi juga membuat banyak hal jadi lebih mudah. Mengirim uang, misalnya, tak harus menunggu air mata yang dikirimi uang mengering. Tinggal transfer via bank, detik itu juga terkirim.

Dalam bahasa kelakar Komandan Pos TNI-AL Miangas Jimmi M. Siregar, bahkan memesan makanan cepat saji pun sekarang bisa dilakukan warga Miangas. ’’Tinggal telepon, nunggunya nggak lama,’’ canda Jimmi untuk menggambarkan besarnya perubahan di pulau tempat dirinya bertugas itu.

Tapi, tentu saja upaya ’’meng-Indonesia-kan’’ Miangas tak boleh hanya berhenti di situ. Teras depan di bagian utara itu harus terus disentuh pembangunan dan pembenahan. Gedung sekolah, baik SDN, SMPN, maupun SMKN, contohnya, masih membutuhkan perbaikan di sana-sini.

Yang paling krusial tentu harga bahan bakar minyak (BBM). Kalau situasi normal, pasokan tidak terlambat, harga 1 liter bensin di sana Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. Namun, kalau pasokan terlambat, per liter bensin bisa Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu.

Kebetulan, saat Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) berada di Miangas, pasokan BBM terlambat. Sebab, tidak ada kapal yang merapat lantaran kendala cuaca.

Nelayan pun kebanyakan menepikan perahunya. Mereka tak kuasa untuk membeli BBM. Sebab, untuk sekali melaut, mereka membutuhkan 10 liter BBM dan membawa 10 liter lagi sebagai cadangan.

’’Miangas butuh normalisasi harga BBM. Itulah harapan terbesar warga di sini karena mayoritas penduduknya adalah nelayan dan potensi terbesarnya memang sektor perikanan,’’ kata Bupati Talaud Sri Wahyumi Maria Manalip.

Miangas juga harus dibantu dengan pembangunan sentra perikanan. Dengan pembangunan cold storage. ’’Tanpa itu, ikan yang ditangkap nelayan Miangas tidak akan bisa dijual ke mana-mana. Miangas butuh itu agar ekonomi masyarakat semakin baik,’’ papar Manalip.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan