Indo Barometer Bahas Hasil Survey

jabarekspres.com, BANDUNG – Indo Barometer menyelenggarakan survei permasalahan Jawa Barat dan peluang calon gubernur  2018 pasca Pilkada DKI Jakarta.  Acara itu yang digelar di Hotel  Savoy Homann, Jl- Asia Afrika kota Bandung, baru-baru ini.

Sebagai Provinsi yang strategis, Jawa Barat merupakan tolak ukur lembaga survei dalam penentuan pilkada 2018 terhadap  provinsi yang lainya. Elektibitas calon gubernur Jawa barat berdasarkan survei Indo Barometer masih belum bisa diprediksi, tapi bisa dilihat dari perkembangan  elektabilitas calon.

H. Muhamad Arwani Thomafi, Narasumber Anggota Komisi V DPR dari Fraksi PPP mengatakan bahwa dengan situasi, berbagai  pokok permasalahan. Terutama tenaga kerja, maka dibutuhkan  pemimpin yang punya intelektulitas membangun ekonomi.

“Dalam hal ini, juga harus dekat dengan rakyat dan didampingi oleh tokoh ulama. Karena para tokoh inilah yang  memiliki jaringan luas dan berpengalaman  dalam membangun bangsa,”terang Arwani.

Sekjen DPP Partai Golkar,  Dr.Idrus Marham mengatakan setiap kader yang memenangkan Pilkada Jawa Barat selalu diproyeksikan ke tingkat Nasional.

“Makanya Golkar optimis, insyalloh akan merubah sejarah dengan memenangkan pilkada Jawa Barat Pilkada 2018,”ujar Marham.

KH. Maman Imanulhaq, Anggota DPR RI fraksi PKB menjelaskan, figur pemimpin Jawa Barat itu harus “Nyantri, Nyunda dan Nyeni”. Karakter keagamaan yang kuat menjadi karismatik dari pemimpin.

Sunda adalah islam, yang tidak membela islam, bukan sunda. Banyaknya masyarakat Jawa Barat yang ke Jakarta, bela islam, karena prilaku penista agama. Menjadi cermin karakter agamanya. Selain itu pembenahan birokrasi yang disoroti masyarakat.

“Karena banyak pejabat yang prestasi tapi tersingkir untuk menjadi pemimpin, demikian juga dengan kuatnya konflik birokrasi dan rekayasa partai politik di Jawa Barat. Keagaman lebih diminati dari perpolitikan,”kata Maman.

Dr.(HC) Tjetje Hidayat Padmadinata, Pengamat Politik berpendapat, provinsi Jawa barat itu tidak sama dengan skematis politik pilkada DKI Jakarta. Sebab kultur masyarakatnya juga sangat berbeda. Tapi intinya, tokoh yang memiliki hasrat kekuasaan yang tinggi. Cenderung tidak diminati masyarakat. Karakter Jawa Barat, sangat sama dengan mayoritas penduduk Indonesia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan