Nova Eliza Jadi Pembicara Blue Book Uni Eropa 2017

Keseriusan artis asal Aceh Nova Eliza atas isu-isu perempuan menarik perhatian dunia internasional. Buktinya, dia akan berbicara di forum internasional di acara peluncuran Blue Book Uni Eropa 2017 sebuah laporan kerja sama Indonesia dan negara-negara Uni Eropa dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pemerintahan. Termasuk bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Saat Diskusi Panel Breaking Barriers: Together for Women Empowerment di Hotel Le Meridien, Jakarta, kemarin, Nova mengatakan, Budaya Indonesia yang sangat patriarkis membuat perempuan rentan jadi korban kekerasan.” Saya ingin mencegah hal itu lewat Suara Hati Perempuan,’’ jelas Nova saat diskusi panel.

Keseriusan Nova akan isu-isu permasalahan perempuan di Indonesia itu, mendorongnya mendirikan Yayasan Suara Hati Perempuan (SHP). Sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan. yang didirikan Nova. Tujuan utamanya mencegah terjadinya kekerasan serta meningkatkan peran perempuan di masyarakat.” Salah satu fokus kegiatan SHP adalah mengumpulkan data mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Ia bekerja sama dengan Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk mengatasi problem-problem tersebut.” terangnya.

Selain masalah kekerasan, kesejahteraan perempuan tak luput dari perhatian Nova. Dia memaparkan, lapangan dan kesempatan kerja bagi perempuan belum cukup memadai. Bersama SHP, Nova menyuarakan agar perempuan punya kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal karir.

Salah satu daerah yang menjadi subjek pengamatan dan advokasi Nova adalah Aceh, tanah kelahirannya. ’’Di sana, banyak perempuan yang menjadi korban konflik dan kekerasan. Mereka seolah nggak punya kesempatan untuk bersuara,’’ katanya. Nova telah mengumpulkan laporan tentang kondisi perempuan di Aceh untuk selanjutnya dicarikan solusi.

Sembari melakukan pengamatan di Aceh, Nova juga memproduksi sebuah film dokumenter. Aktris yang turut bermain dalam Kartini (2017) itu menulis cerita mengenai kondisi para perempuan korban konflik. ’’Mereka curhat mengenai kesedihan mereka dan perjuangan menghidupi diri di tengah situasi yang tak aman,’’ tutur Nova.

Ibu Naima Malinka itu ingin perjuangan perempuan Aceh terekspos ke masyarakat. Rencananya, film itu dirilis akhir tahun nanti. Namun, sebelum ditayangkan di tanah air, Nova ingin memutar filmnya di luar negeri. Terutama di negara-negara Uni Eropa. ’’Ini juga bisa jadi cara untuk mendapat simpati internasional,’’ ujar Nova. (len/c17/na/bun)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan