Awalnya sebatas perjalanan antarkota antarprovinsi di Indonesia, kini terobsesi keliling dunia dengan menggunakan sepeda motor. Itulah yang dilakukan Mario Iroth, 30, traveler asal Manado, dalam 10 tahun terakhir.
ANDRA NUR OKTAVIANI, Jakarta
SETIDAKNYA sudah 24 negara dengan total jarak 85 ribu kilometer yang dijelajahi Mario Iroth dalam mewujudkan impiannya mengelilingi dunia. Tahun ini dia kembali akan meneruskan misi menjelajahi 62 negara dengan jarak total 60 ribu kilometer.
”Saya sedang menyiapkan semuanya. Mudah-mudahan semua lancar,” harapnya ketika ditemui Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) di Jakarta, Senin (8/5).
Mario mengawali hobinya sebagai traveler pada 2005, saat usianya masih 20 tahun. Kala itu, dia melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor di seputaran kota-kota di tanah air. Hitungannya masih tak begitu jauh.
Baru pada 2010 dia mulai memberanikan diri untuk backpacker keliling negara-negara ASEAN. Itu pun tidak menggunakan sepeda motor, melainkan masih mengandalkan transportasi umum ”Saya sempat menjadi volunteer di NGO (non-governmental organization). Mengajar di sebuah sekolah di Kamboja. Di dekat Angkor Wat,” cerita Mario.
Pengalaman mengajar itulah yang membuat Mario ingin kembali ke sekolah tersebut. Tidak hanya mengajar, tapi juga ingin memberikan bantuan materi untuk sekolah tersebut. Dan, keinginan itu terwujud tahun berikutnya. Kali ini dia melaksanakannya dengan menggunakan sepeda motor trail milik kantornya di Bali.
Kisah petualangan keliling ASEAN kali pertama dengan motor diakui Mario sebagai titik balik hidupnya. Perjalanan dengan modal nekat pada 2013 itu berhasil mengubah hidup Mario. ”Saya ingin kembali ke sana (Kamboja) dengan motor. Jadilah perjalanan ini saya beri nama Wheel Story 1,” ucap pria kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara, 14 Agustus 1986, tersebut.
Perjalanan selama lima bulan itu dibarengi Mario dengan charity. Sebagai karyawan biasa, dia memang tidak mempunyai banyak duit. Namun, dia tidak menyerah. Dia memutar otak untuk bisa mengumpulkan dana dan memberikannya langsung ke sekolah di Kamboja tersebut.
Mario lalu menggunakan media sosial untuk ”menjual” kilometer yang akan ditempuhnya. Dari Bali, lalu mengelilingi ASEAN, dan kembali ke Bali, Mario setidaknya menempuh 17 ribu kilometer. ”Per kilometer dihargai Rp 5.000. Jadi, sambil jalan buat fundraising,” katanya.