Dikenal Turis Manca berkat Prestasi Kepala Desa

Berkat keberhasilan menjaga hutan tersebut, Merabu mendapat peringkat kedua pengelolaan hutan adat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2016. Mereka hanya kalah oleh Solok, Sumatera Barat.

Berkat prestasinya itu, Franly sering diundang ke Jakarta sebagai pembicara di berbagai forum tentang lingkungan, khususnya pengelolaan hutan. Bahkan, pada November 2016 dia diundang ke Marrakesh, Maroko. Dia diminta menjadi pembicara dalam forum internasional tentang pengelolaan hutan adat dan perubahan iklim. ”Kami membuktikan Merabu bisa tampil di kancah dunia,” ujar dia.

Franly mengibaratkan, dulu ketika orang mencari Kampung Merabu lewat mesin pencari Google, yang muncul Gunung Merbabu atau kayu Merbau. Merabu seolah tidak dikenal. ”Sekarang sudah berubah. Orang mencari Merabu sudah banyak beritanya,” katanya, lantas tersenyum.

Ucapan Franly bukan omong kosong. Buktinya, Kamis siang (19/1) tiga turis asal Prancis berkunjung ke kampung itu. Jawa Pos menemui mereka saat sedang bersantai di rumah Pdt Dedi Usman yang dijadikan home stay.

”Kami baru datang. Jauh juga tempatnya, tapi asyik. Beautiful,” ujar Aline Colombain yang datang bersama Enelis Charron dan Ludovic Flury.

Aline menuturkan, dirinya mendapat informasi tentang Merabu dari Lonely Planet, salah satu buku referensi tepercaya bagi para pelancong dunia. Di buku itu disebutkan bahwa Merabu menjadi satu di antara delapan destinasi wisata alternatif di Kalimantan yang perlu dikunjungi.

Mereka berencana tinggal empat hari di Merabu. Mereka juga ingin menembus hutan hujan tropis untuk menyambangi Danau Nyadeng dan Gua Beloyot. ”Tentu saja saya ingin ke hutan dan pergi ke gua,” kata dia. (*/c10/ari/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan