Taipan Properti Donald J. Trump akhirnya resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada tanggal 20 Januari lalu. Seluruh dunia pun tertuju pada sejumlah kebijakan khususnya di bidang ekonomi yang akan dijalankan Presiden AS ke-45 itu. Dalam keterangan tertulis White House disampaikan bahwa Trump akan mewujudkan kebijakan-kebijakan yang disampaikannya saat kampanye, seperti pengurangan pajak penghasilan pribadi dan korporasi, penerapan kebijakan perdagangan proteksionisme dan kenaikan tingkat upah buruh. Kebijakan-kebijakan tersebut dipastikan akan memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
—-
Namun, Presiden Joko Widodo tampaknya masih optimistis hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat akan berjalan dengan baik. Secara khusus dia telah menelpon Trump untuk mengucapkan selamat atas pelantikan Trump.
”Beliau (Trump, Red) menyampaikan hubungan Indonesia dan Amerika pasti akan lebih baik,” ujar Jokowi usai mengikuti Bogor Open Archery Championship 2017 di Lapangan Wira Yudha, Pusat Pendidikan Zeni, Kodiklat TNI AD, Bogor kemarin (22/1).
Lebih lanjut Jokowi menuturkan dalam pembicaraan lewat telepon itu Trump mengaku kalau punya banyak sahabat di Indonesia. Begitu pula unit usaha yang dimiliki presiden dari Partai Republik itu juga berada di Indonesia. ”Dia mengatakan seperti itu, jadi saya optimistis hubungan Indonesia dan Amerika akan lebih baik,” tambah dia.
Namun, Jokowi tetap tidak mau hubungan yang baik itu punya posisi yang tidak seimbang. Indonesia mau sejajar dengan Amerika dalam hubungan diplomatik kedua belah negara. ”Harus saling menguntungkan kedua belah pihak,” ujar mantan gubernur DKI Jakarta itu dengan nada lebih tinggi.
Secara khusus dia juga menyimak pidato Trump usai dilantik menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat. Dari sekian banyak yang disampaikan Trump, Jokowi menekankan poin soal hubungan baik yang tidak saling merugikan. ”Saya garis bawahi adalah saling menguntungkan. Ini saya garis bawahi sehingga kita optimis,” sebut Jokowi.
Sementara itu, menurut sejumlah ekonom memprediksi bahwa sejumlah kebijakan Trump tersebut cukup sulit untuk diterapkan secara utuh. Menurut Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih, keputusan AS untuk menarik diri dari segala bentuk blok perdagangan bebas. Di antaranya dengan melakukan negoisasi ulang dengan negara-negara anggota North American Free Trade Area (NAFTA), tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, hal tersebut harus mendapat persetujuan dari World Trade Organization (WTO) yang notabene merupakan lembaga yang didirikan AS sendiri.