Belajar di Bandung, Topeng Kelana Jadi Favorit

Untuk menuju desa gurunya tersebut, Margot menyewa tiga sepeda motor guna mengangkut dirinya bersama anak dan teman anaknya yang masih berusia 11 tahun. Saat sampai di desa itu, semua orang memandanginya dengan keheranan. Sebab, zaman itu jarang ada bule yang blusukan sampai ke pelosok desa.

”Itu perjalanan yang sangat menyentuh karena bisa ke rumah guru tari topeng saya. Bukan di stage atau hotel. Tapi di desa. Sungguh, saya sangat menghormati beliau,” katanya.

Selepas berguru di Bandung dan India, Margot yang pernah menjadi pejabat senior spesialis pengembangan ekonomi Kota Oakland masih kerap tampil di berbagai pertunjukan tari. Hanya, dia merasa kurang sreg bila penampilannya diiringi musik lewat CD atau bentuk rekaman lainnya.

Menurut dia, pertunjukan tari terbaik itu harus diiringi live music. Jika melalui alat perekam, soul atau nyawa gerakan tari seperti tidak keluar. Seperti menari tanpa konteks.

You can share about the culture (kamu bisa menunjukkan budayaannya), tapi soul-nya seperti hilang,” jelasnya.

Itulah yang kemudian membawa Margot bergabung dengan grup gamelan atau bergaul dengan komunitas budaya Indonesia di AS. Bahkan, dia lalu diminta menjadi pengajar tari Sunda di KJRI San Francisco. Margot terakhir tampil menari pada perayaan 17 Agustus 2016 di Union Square San Francisco. Dia membawakan beberapa tari Bali dan Sunda.

Banyak kenangan yang dimiliki Margot tentang Indonesia. Dia bilang selalu ingin kembali ke Indonesia. Mimpinya terwujud pada tengah tahun lalu, saat temannya di San Francisco yang punya hubungan baik dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memberi tahu adanya konferensi Planocosmo di ITB terkait dengan urban planner.

Sebagai lulusan tata kota University of California, Margot merasa event itu menjadi jalan untuk bisa kembali ke Indonesia. Benar saja, dia langsung terbang ke Bandung pada September 2016 dan hingga kini masih di Indonesia. ”Oke, keluarga, good bye,” ujarnya, lantas tertawa.

Setelah di Indonesia, dia tidak mau buru-buru balik ke Amerika. Dia lantas bergabung dengan lembaga independen United States Agency for International Development (USAID). Sebulan sekali dia berusaha ke Bandung menuju Pusat Bina Tari (Pusbitari) yang didirikan Irawati Durban Ardjo.

Tinggalkan Balasan