Belajar di Bandung, Topeng Kelana Jadi Favorit

Jatuh cinta memang bisa membuat seseorang berbuat nekat. Misalnya, yang dilakukan Margot Lederer 40 tahun silam. Dia terbang dari Amerika Serikat ke Bandung khusus untuk belajar menari. Kini dia menguasai 20 tari tradisional Indonesia.

DHIMAS GINANJAR, Surabaya

CINTA Margot Lederer terhadap kesenian Indonesia muncul dengan cara yang sederhana. Saat dia lulus SMA pada 1973, di Berkeley, San Francisco, Amerika Serikat, tempat tinggalnya, diadakan pertunjukan seni dunia. Namanya Berkeley Center for World Music yang diikuti banyak negara, termasuk Indonesia.

Melihat pameran itu, Margot muda yang sebenarnya ingin belajar tari India mendadak kepincut seni dan budaya Indonesia yang dipamerkan. Terutama tari Bali dan alunan suara yang dihasilkan dari gamelan. Lantaran Berkeley Center for World Music juga memberikan kesempatan untuk belajar seni selama sebulan, dia kemudian datang ke perwakilan Indonesia di sana.

”Setelah lihat tari Bali, ada irama yang membuat saya tertarik ingin tahu lebih jauh,”  kenang Margot saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos Surabaya Kamis (12/1). Salah satunya suara kendang yang iramanya dianggap hidup. Apalagi, gerakan penarinya jadi sangat harmonis dengan pukulan kendang yang bertalu-talu. Dinamis.

”Duk, tak, duk, tak….” Margot menirukan suara kendang sembari tangannya dengan luwes menunjukkan suatu gerakan tari. Hal tersebut menegaskan bagaimana kendang menjadi instrumen yang tidak bisa dipisahkan dari tari. Nah, dari kelas tari itulah, dia lantas mengetahui betapa kayanya kebudayaan Indonesia.

Margot juga tertarik dengan delegasi kesenian dari Bandung yang membawa wayang golek dan dalangnya. Selama sebulan, Margot secara khusus mempelajari tari tradisional Sunda. Kegiatan itulah yang lantas menumbuhkan rasa cintanya terhadap seni tari Indonesia. Namun, waktu sebulan tidak cukup bagi dia. ”Saya ingin merasakan pengalaman itu secara penuh. Maka, saya harus ke Indonesia,” imbuhnya.

Keluarga sempat tidak setuju dengan keinginan Margot. ”What are you doing,” kata Margot menirukan ucapan orang tuanya. Tapi, dia tidak kehabisan akal. Supaya sang orang tua tenang selama anaknya di Indonesia, Margot mengakali dengan menyatakan akan menempuh pendidikan di Malaysia. Tujuannya Universiti Sains di Penang. Di sana dia mengambil intensive course bahasa dan kebudayaan Indonesia. Pendidikan singkat itu berlangsung tiga bulan. Setelah itu, perempuan yang juga jago berhasa Spanyol tersebut datang ke Bandung. Itu terjadi pada 1975.

Tinggalkan Balasan