Dulu Diburu, Kini Nelayan Menjaganya Mati – matian

Dengan cara begitu, ikan dan hewan laut lain akan berkumpul di kawasan pesisir dua wilayah tersebut. Semakin banyak kima yang dikonservasi, semakin banyak pula populasi ikan yang akan mengerumuninya. Sebab, kima merupakan sumber makanan bagi ikan.

Setelah menempatkan ribuan hewan laut lunak itu di tempatnya, para anggota tim konservasi mengajak masyarakat untuk menjaga populasi kima dan tidak memburunya. Sosialisasi tidak hanya dilakukan kepada masyarakat Toli-Toli, tapi juga 460 penduduk suku laut Bajo yang tinggal di Labengki. ”Dulu memburu kima, sekarang mereka sadar untuk bersama-sama memperbaiki (ekosistem laut),” tutur Habib.

Hebatnya, seluruh aktivitas itu dibiayai dari hasil sumbangan masyarakat setempat. Mereka menyisihkan uang hasil menjual ikan, lobster, dan teripang yang mereka peroleh saat melaut. Bila ditotal sejak 2009, sudah Rp 500 juta yang dihabiskan untuk membiayai kegiatan konservasi itu. Mulai membeli peralatan selam hingga bahan bakar minyak (BBM) untuk pengoperasian kapal.

Meski tidak mendapat perhatian dari pemerintah, semangat tim konservasi kima Konawe tak pernah surut. Bahkan, pada 2011 aksi mereka mendapat apresiasi dari para peneliti kima asal Australia. Gara-garanya, ada spesies kima raksasa di kepulauan Labengki yang belum masuk jurnal ilmiah mereka.

”Saya kirim gambar sama video ke mereka. Dari gambar itu, mereka mengkajinya secara ilmiah,” tuturnya.

Oleh peneliti The Western Australian Museum di Perth, kima yang mempunyai ukuran hingga 50-100 cm itu disebut-sebut masuk spesies hippopus. Namun, oleh peneliti Australia lain, kima tersebut dianggap lebih mirip spesies tridacna karena tinggal di karang. ”Kalau hippopus, hidup di laut padang pasir dan lamun. Itulah yang jadi perdebatan,” terang Habib.

Spesies yang belum teridentifikasi itu kini dijaga baik-baik oleh masyarakat setempat. Sekali dalam seminggu Habib melakukan penyelaman di lokasi konservasi kima itu di Labengki dan Toli-Toli untuk memastikan keberadaannya. Dia berencana membawa sampel kima langka tersebut ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta agar bisa diteliti dan dipatenkan sebagai spesies kima baru. ”Tapi, sampai sekarang belum ada respons dari pihak-pihak terkait,” tandasnya. (*/c5/ari/rie)

Tinggalkan Balasan