Dulu Diburu, Kini Nelayan Menjaganya Mati – matian

Kima merupakan biota laut yang hidup di karang. Dengan sistem filter alami yang melekat di tubuhnya, air laut akan selalu bersih. Telur kima juga menjadi makanan yang kaya protein bagi ikan-ikan. Kelebihan itulah yang harus dijaga.

”Kalau kima punah, ekosistem laut terancam,” ujar pria yang genap berusia 53 tahun pada Maret mendatang itu.

Menyusutnya kima di perairan kampung pesisir Sulawesi Tenggara itu menyadarkan warga setempat yang mayoritas berprofesi nelayan untuk bergerak. Gerakan pemulihan yang digagas Habib tersebut dimaksudkan mencegah perburuan kima yang masif kala itu. Maklum, daging kima yang kaya protein menjadi incaran banyak nelayan. Terutama nelayan dari luar negeri.

Tentu saja, perburuan kima secara masal menjadi ancaman nyata bagi kehidupan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup di laut lepas. Terlebih, mayoritas spesies kima membutuhkan waktu lama untuk tumbuh dan berkembang. Setahun rata-rata hanya tumbuh 2-12 cm. Dengan begitu, dibutuhkan waktu puluhan tahun agar kima mencapai ukuran maksimal 100-150 cm.

Sebenarnya, Habib semula tidak begitu mencintai kehidupan laut meski lahir di kampung pesisir. Sejak kecil mantan jurnalis di salah satu media cetak di Makassar tersebut sering bepergian jauh daripada berdiam di kampung.

”Saat pulang (kampung), saya kaget. Kima yang dulu banyak di perairan dekat rumah sekarang kok habis. Saya penasaran dan ingin mencarikan solusi,” ungkapnya.

Rasa penasaran itulah yang medorong Habib untuk mendirikan kawasan konservasi taman laut kima. Dia mengajak nelayan yang dulu sering menangkap ikan dengan menggunakan bom dan obat bius di kawasan tersebut. Penangkapan ikan secara serampangan itu tidak memperhatikan keberlangsungan ekosistem laut.

”Sekarang mereka sadar bahwa yang mereka lakukan selama ini membuat kima di perairan habis,” ujarnya. Saat ini puluhan nelayan terlibat dalam gerakan pemulihan kima tersebut.

Yang dilakukan Habib cs untuk memulihkan kima sebenarnya cukup sederhana. Mereka hanya mengumpulkan biota indah tersebut dari laut lepas dan menempatkannya di perairan Toli-Toli serta Labengki.

Setelah menemukan lokasi kima, beberapa anggota kelompok itu melakukan penyelaman. Tentu saja mereka menggunakan alat selam komplet untuk safety. Di dasar laut, mereka mengambil sejumlah kima untuk dikonservasi di taman laut yang telah mereka tentukan. Yakni, di perairan Toli-Toli dan Labengki.

Tinggalkan Balasan