Temuilah Penderita, Jangan Hanya Donasi

Merawat pasien kanker bagi Ratna merupakan berkah. Dia yang dahulu paling bandel bila dibandingkan dengan empat saudaranya kini berubah setelah dekat dengan pasien kanker. ”Orang tua saya saja heran, kok bisa jadi relawan,” tuturnya.

Ratna juga merasa kini mendapatkan banyak kemudahan. Saat awal menjadi relawan kanker, dia tidak bekerja. Lalu, dia berdoa agar bisa memperoleh pekerjaan. Sebab, dengan bekerja, dia akan punya relasi lebih banyak sehingga makin banyak yang bisa membantu pasien. Tidak berapa lama, dia diterima sebagai staf di sebuah SMA pada usia 40 tahun.

Bagi Ratna, bantuan uang dari donatur bukanlah hal utama. Dia malah lebih berharap para donatur itu mau singgah dan bertemu langsung dengan para pasien. ”Saya minta mereka jangan ada yang menangis. Harus tersenyum saat bertemu, karena itu akan menguatkan anak-anak,” lanjut anak ketiga di antara lima bersaudara tersebut.

Anak-anak penderita kanker memberikan banyak pelajaran hidup bagi Ratna. Anak-anak itu mengajarkan agar yang hidup normal lebih banyak bersyukur. Menjalani hidup sebagai anak kanker bukanlah perkara mudah. Penderita kanker dewasa paham bahwa yang mereka idap adalah kanker. Namun, tidak jarang orang-orang dewasa itu merasa hidupnya berakhir dengan adanya kanker di tubuh mereka.

Tidak demikian halnya dengan anak-anak. Mereka tidak mengerti kenapa setelah disuntik, badannya panas dan rambutnya rontok. Juga, mengapa fisik mereka berbeda dengan teman-temannya, mengapa teman-teman menjauhi mereka. Karena itu, mereka menjalaninya seperti tanpa beban. ”Mereka adalah anak-anak surga,” ucapnya lirih. (*/c10/ang/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan