Temuilah Penderita, Jangan Hanya Donasi

Kini rumah singgah itu dihuni tiga pasien kanker. Selain Dila yang ayahnya seorang kuli angkut pasir di sungai, ada Saldi Firmansyah, 4, penderita retinoblastoma asal Pulau Aceh. Ayah Saldi bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah kafe di Banda Aceh. Kemudian, ada M. Azril, bayi 13 bulan asal Lhokseumawe, penderita hidrosefalus dengan cairan di hidung.

Azril ditinggal pergi begitu saja oleh si ayah saat belum lahir. Karena itu, sang ibu Aminah mengaku tidak ingin bertemu lagi dengan suaminya yang tidak bertanggung jawab tersebut. Tiga anak itu sudah tinggal enam bulan di rumah singgah dan menjalani kemoterapi lebih dari sepuluh kali. Tumor Dila pun sudah mengecil.

Dia tidak hanya menampung pasien kanker anak. Dia juga mengupayakan perawatan dengan terapi paliatif. Dia mengajak anak-anak itu ke tempat wisata, berbaur dengan masyarakat umum. Dia ingin membuat para pasien senang meski mungkin itu merupakan perjalanan akhir hidupnya. Sekaligus ingin melihat, seberapa besar kepedulian masyarakat terhadap anak penderita kanker.

Ratna sudah mahir membagi waktu antara keluarga dan para pasien kanker. Sang suami pun kini paham, kalau tidak di rumah, berarti Ratna sedang di RS atau rumah singgah. Dia memberikan edukasi kepada para orang tua untuk tetap kuat dan ikhlas. Juga, mempersiapkan diri untuk sewaktu-waktu ditinggalkan sang buah hati.

Ratna menuturkan, problem utama orang tua penderita kanker anak di daerah adalah edukasi. Rata-rata mereka tidak tahu bahwa yang diidap sang buah hati adalah kanker. Bukannya membawa ke rumah sakit, kebanyakan orang tua malah membawa anaknya ke dukun karena kondisi fisik anaknya yang berbeda.

Alhasil, tidak jarang penyakit sang anak malah makin parah. ”Ketika di dukun katanya mereka disembur. Itu mulut dukun bersih atau tidak kan kita tidak tahu,” ucapnya. Karena itulah, penanganan medisnya menjadi terlambat. Rata-rata pasien kanker yang dia tangani sudah masuk tahap stadium lanjut. Kalau tidak ditolong lembaga seperti C-Four, bagi banyak anak pengidap kanker di Aceh, terjangkit kanker sama dengan menunggu mati menjemput. Mereka tidak mendapatkan pengobatan yang memadai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan