bandungekspres.co.id, SUMUR BANDUNG – Program inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) di Kota Bandung sejatinya melibatkan banyak elemen. Tidak hanya pejabat kewilayahan tetapi termasuk elemen organik dan non-organik lain, seperti tim gorong-gorong, Linmas, tim kebersihan, dan tim perawat taman.
Di Kecamatan Cibeunying Kaler misalnya. Semua elemen tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing berjalan kompak.
Camat Cibeunying Kaler Maman Rohman mengatakan, kekompakan itu dapat diwujudkan berawal dari semangat gotong-royong. ”Alhamdulillah, di daerah kami semangat gotong-royong masih sangat tinggi,” ucap Maman.
Maman menuturkan, para petugas yang berjumlah tidak kurang dari 146 orang. Warga selalu melaksanakan tugas mereka dengan cukup baik dan kompak.
Petugas gorong-gorong misalnya. Tidak hanya bekerja di saat gorong-gorong sudah kotor atau rusak. Mereka juga melakukan pemantauan secara berkala di titik-titik tertentu untuk memastikan tidak ada masalah yang dapat mengganggu kenyamanan warga.
”Tim Gober—sebutan untuk tim pembersih gorong-gorong—itu sangat memperhatikan tempat-tempat strategis yang perlu perhatian khusus,” kata Maman.
Demikian pula dengan Karang Taruna. Menurut dia, mereka sering mengadakan program pemberdayaan pemuda, terutama di sektor ekonomi. Salah satu kegiatannya adalah mentoring wirausaha di bidang kaos kreatif Bandung oleh salah satu perusahaan distro ternama.
Distro tersebut melakukan pelatihan kepada para pemuda untuk meningkatkan keahlian mereka dalam berwirausaha. ”Kesadaran masyarakat untuk membantu program-program pemerintah Kota Bandung sudah sangat baik,” ujar Maman.
Menurut dia, pada 2014, Kelurahan Neglasari mendapatkan penghargaan terkait pelaksanaan PIPPK. Salah satu faktornya adalah inovasi pembuatan Perpustakaan Ojek di wilayah tersebut.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Cibeunying Kaler Lina Santi menuturkan, perpustakaan tersebut hadir berkat kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan LSM. ”Setelah ada perpustakaan masyarakat jadi lebih melek, banyak yang jadi punya usaha lain, seperti berternak,” kata Lina.
Perpustakaan kecil yang dibuat atas prakarsa Lurah Neglasari tersebut ditempatkan di pangkalan-pangkalan ojek. Jenis buku yang disediakan bermacam-macam dan dirotasi dalam periode waktu tertentu. Sehingga koleksinya terus bervariasi.
”Akhirnya para tukang ojek dapat memanfaatkan waktu dengan maksimal. Mereka tidak diam saja atau nonton televisi, tapi membaca. Itu jauh lebih bermanfaat,” imbuh Lina. (edy/rie)