Rapor Hebat Para Debutan

”Bagaimanapun, mereka telah membuktikan mereka adalah tim yang sangat baik dan bukan sekadar gertak sambal,” ulas eks kiper Inggris Peter Shilton dalam kolom Daily Star. Tapi, kekuatan yang besar juga bakal diikuti ekspektasi tinggi. Publik ingin mereka tampil sebaik itu dalam menyongsong kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia.

Wales tergabung di grup D bersama Austria, Republik Irlandia, Serbia, Moldova, dan Georgia. Sebagai pembuka, mereka bakal menjamu Moldova di Cardiff City, 5 September. ”Jika mereka mempertahankan semangat, determinasi, maupun komitmen seperti saat di Euro, aku yakin mereka bakal baik-baik saja,” lanjut Shilton.

Selain Wales, debutan lain yang membukukan rapor hebat adalah Islandia. Capaian Islandia yang ”hanya” sampai perempat final bisa dibilang lebih pantas mendapat standing ovation daripada status Wales. Sebab, secara komposisi pemain, tim berjuluk Strakarnir Okkar itu tidak mempunyai pemain besar.

Wales punya pemain yang kebanyakan merumput di Premier League. Islandia? Negara dengan jumlah penduduk tak sampai seperlima warga Surabaya (sekitar 330 ribu jiwa) itu hanya mempunyai Gylfi Sigurdsson di Swansea City dan Emil Hallfredsson (Udinese). Lainnya? Hmm, nggak pernah dengar.

Namun, Islandia menutupinya dengan kolektivitas tim yang sangat bagus dan pergerakan pemain yang dinamis. Mereka juga memaksimalkan setiap peluang mencetak gol sekecil apa pun. Sejarah mencatat, di 16 besar, pasukan yang dibesut duet pelatih Lars Lagerback-Heimir Hallgrimsson itu mempermalukan Inggris, salah satu kandidat juara, dengan skor 2-1 (28/6).

Lalu, saat melawan tuan rumah Prancis di perempat final, meski kalah telak 2-5, mereka bakal dikenang karena menorehkan luka sebagai tim pertama yang mencetak gol ke gawang Hugo Lloris lewat skema open play. Hallgrimsson mengatakan, Islandia kalah oleh Prancis karena para pemainnya masih terbawa euforia pasca menundukkan Inggris.

”Karena itu, saat kami kebobolan empat gol di babak pertama, psikologis pemain langsung jatuh,” papar Hallgrimsson seperti dilansir The Guardian. ”Sekeras apa pun mencoba, anak-anak tetap tidak bisa beranjak dari titik nol,” ulasnya.

Meski begitu, pelatih 49 tahun yang juga dokter gigi itu begitu bangga atas tinta emas yang sudah mereka guratkan di buku sejarah sepak bola Islandia. Mereka disambut bak juara dunia ketika tiba di Reykjavik Minggu lalu (3/7). ”Mulai saat ini, setiap pemain adalah legenda. Sama dengan momen ketika Inggris merengkuh Piala Dunia 1966,” ujar Hallgrimsson. (apu/c10/na/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan