Upaya Handoko Gani Populerkan Ilmu Pendeteksi Kebohongan

Pasangan Anda kerap berbohong? Mungkin ada baiknya Anda belajar ilmu pendeteksi kebohongan. Ilmu itulah yang tengah dipopulerkan Handoko Gani. Dia belajar hingga ke Manchester, Inggris.

 GUNAWAN SUTANTO, Jakarta

SEORANG ibu menemui Handoko Gani sekitar awal 2016. Dia mengaku tahu Handoko dari pemberitaan media ketika menganalisis kebohongan kasus-kasus yang mencuat di publik. ”Ibu itu minta saya mendeteksi kebohongan suaminya secara diam-diam,” kelakar Handoko.

Tawaran tersebut tentu tak bisa diterima begitu saja. Dia menjelaskan bahwa dirinya bukan seorang detektif swasta. Handoko berusaha memberikan pemahaman tentang profesinya. ”Sebab, tak mungkin kan saya undang suaminya dan saya deteksi kebohongannya,” ujar Handoko saat berbincang dengan koran ini di sebuah kedai kopi di Jakarta Sabtu (7/5).

Menurut Handoko, banyak yang belum paham mengenai ilmu lie detector. Hal itulah yang mendorongnya mengenalkan ilmu yang memang tergolong baru di tanah air itu. Salah satu yang pernah dilakukan adalah menggelar Festival Bohong Indonesia (FBI) pada 7-21 November 2015.

Dalam festival itu, Handoko dan istrinya, Deborah Dewi, mengemas berbagai acara yang edukatif. Mereka mengenalkan pendeteksi kebohongan untuk berbagai keperluan. Mulai perekrutan karyawan untuk para start-up, kesetiaan pasangan, kerja sama tim, hingga cara mendeteksi kejujuran anak atau asisten rumah tangga. Ketika itu masyarakat yang ikut hanya dipungut biaya Rp 350 ribu.

”Sekarang ini kami coba kenalkan lie detector melalui seminar online via aplikasi Telegram,” kata ayah satu anak itu. Dalam seminar tersebut, para peserta hanya dipungut biaya Rp 150 ribu. Dalam kelas itu, diajarkan beberapa teknik pendeteksi kebohongan.

”Saya ingin banyak orang di Indonesia bisa menguasai lie detector. Jadi, soal biaya nomor dua,” imbuhnya. Handoko belajar ilmu pendeteksi kebohongan melalui studi post graduate forensic emotion, credibility, and deception di Paul Ekman International Group (Emotional Intelligence Academy). Dia mengikuti kelas online maupun tatap muka di Manchester.

Pria yang sepuluh tahun menekuni bidang brand management itu tertarik dengan lie detector karena, antara lain, serial televisi asal Amerika Serikat, Lie to Me. Film seri yang diputar lewat jaringan Fox tersebut sangat membekas dalam pikiran Handoko.

Tinggalkan Balasan