PT GTS Buka Peluang Banding

bandungekspres.co.id, JAKARTA – Sanksi disiplin yang diberikan oleh PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS) kepada sejumlah klub peserta Indonesia Soccer Championship (ISC) ternyata belum final. Sebab, sang operator kompetisi itu masih membuka peluang bagi para tim yang disanksi untuk mengajukan banding atas putusan yang diberikan oleh Komisi Disiplin ISC itu.

Direktur Kompetisi dan Regulasi PT GTS Ratu Tisha Destria mengatakan, peluang banding yang mereka berikan ke para klub yang sedang disanksi tersebut, semata-mata untuk memberikan kesempatan kepada para klub untuk menyampaikan keberatan. “Kalau ada klub yang mau mengajukan banding, silahkan,” tegasnya.

Seperti yang diketahui, ada sepuluh kasus dari tim peserta ISC-A dan ISC – B yang mendapat sanksi komisi disiplin PSSI (selanjutnya lihat grafis) sepanjang kompetisi terobosan itu bergulir. Mayoritas di antaranya adalah klub yang melakukan pelanggaran atas Pasal 60 dan Pasal 62 Kode Disiplin ISC, tentang tanggung jawab dan tingkah laku penonton.

Pasal tersebut memang mengatur tentang bentuk-bentuk tindakan tidak sportif yang dilakukan oleh para suporter sepanjang pertandingan berlangsung. Di antaranya adalah melakukan pelemparan ke dalam lapangan serta menyalakan flare atau kembang api di atas tribun saat pertandingan masih berlangsung.

Menurut Tisha, denda yang mereka berikan kepada para klub pelanggar kode disiplin itu hanya Rp 10 juta. Sesuatu yang sejatinya tidak begitu berat bagi klub. Namun, bila persoalan sama masih juga dilakukan oleh klub yang serupa di pertandingan berikutnya, maka mereka akan menaikan jumlah sanksi. “Jumlah denda sudah pasti akan kami tambahkan,” tutur dia.

Sementara itu, Ruddy Widodo, General Manager Arema Cronus mengatakan, mereka memutuskan untuk tidak mengajukan banding atas sanksi yang diberikan oleh Komdis ISC tersebut. Ruddy beralasan, keputusan Komdis ISC itu sudah sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan saat Arema menjamu Persiba Balikapapan 1 Mei lalu.

”Kami tetap akan bayar denda. Sebab, ini adalah kecolongan kami, karena kami sudah mengingatkan suporter, namun tetap saja ada yang ngeyel,” kata Ruddy. “Sebenarnya, masalah flare ini sudah seharusnya menjadi sesuatu yang haram untuk masuk stadion. Karena tidak hanya mengganggu jalannya pertandingan, namun juga keselamatan suporter sendiri,” tegasnya. (ben/vil)

Tinggalkan Balasan