Anra Nosa, Bintara Polri yang Berprestasi di UN Police

”Dari misi PBB ini saya melihat polisi kita itu ternyata lebih mengedepankan pendekatan humanis daripada negara lain,” katanya.

Banyak kenangan yang didapat Anra selama bertugas di PBB. Paling banyak mengatasi demo pengungsi. ”Namun, demo-demo itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan di Indonesia, hehehe,” katanya.

Terlahir dari keluarga polisi, Anra sejak kecil memang ingin menjadi bagian dari keluarga besar Korps Bhayangkara. Orang tuanya merupakan polisi dari jalur tamtama dan pensiun dengan pangkat komisaris polisi (kompol). ”Sebenarnya, keluarga saya ingin saya jadi dokter. Tapi, saya ingin jadi polisi. Apalagi ada kakak saya yang berhasil menjadi perwira TNI-AD dan polisi,” ujar anak keempat di antara lima bersaudara itu.

Anra sempat didaftarkan kuliah ke sebuah fakultas kedokteran universitas di Bandung. Namun, Anra memilih pulang ke Palembang, kota asalnya. Dia mencoba peruntungan dalam tes Akpol pada 2001.

Percobaan pertama itu gagal karena persyaratan danem. Tak putus asa, dia mencoba masuk polisi melalui jalur bintara. ”Sebab, saya dengar ada jalur masuk Akpol kalau berhasil menjadi 20 besar di pendidikan,” cerita pria berzodiak Scorpio itu.

Saat itu Anra berhasil lulus dan masuk ranking ke-4. Dua tahun menjadi bintara, Anra mendaftar Akpol lagi, tapi kembali gagal. Rupanya, ranking dalam pendidikan bintara tidak berpengaruh.

Kendati belum kesampaian menjadi perwira, Anra boleh berbangga karena berhasil memimpin para perwira. Dari berbagai negara lagi.

Meski demikian, keinginannya menjadi perwira belum surut. ”Setelah pulang dari misi PBB nanti, saya coba ikut tes perwira lagi,” ujarnya. (*/c6/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan