Piter Pureklolong, Membangun Rumah Baca di Kawasan Liar

”Makanya, dari Singapura banyak juga yang menyumbang buku di sini,” katanya. ”Terkadang kami bareng belanja ke toko buku dan mereka yang bayar. Tapi, kami yang pilih buku.”

Ada juga bantuan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). Agustina, misalnya, mengaku tiap bulan mendapat dana penghargaan dari LSM Viva Wanita. Tapi, jumlahnya tak sampai Rp 1 juta.

Hanifa, seorang ibu anak PAUD di Kampung Air, mengaku bersyukur ada orang-orang yang peduli dengan pendidikan anak-anak dari keluarga miskin. Dia berharap PAUD dan perpustakaan tersebut bisa terus berkembang. ”Kami sangat terbantu. Kalau di luar, PAUD itu biayanya ada yang sampai lebih dari Rp 100 ribu. Di sini kami tidak diwajibkan,” ucapnya.

Piter memang sudah berniat akan terus mengembangkan dan menambah rumah baca untuk warga tidak mampu. Dia berharap jangan sampai ada warga miskin yang tidak bisa membaca dan menulis.

”Saya ingin kalau memang tidak sanggup sekolah tinggi, paling tidak anak-anak itu bisa membaca dan menulis,” tutur dia. (*/JPG/c9/ttg)

Tinggalkan Balasan