Cianjur Makin Minim Serapan Air

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) Kabupaten Cianjur mengaku tidak memiliki data perizinan Villa Club Bali yang longsor Rabu (9/3) lalu.

Kepala Bidang Informasi BPPTPM Kabupaten Cianjur Muzani Saleh, mengatakan, vila tersebut dibangun pada 2006 lalu, pada saat itu IMB dikeluarkan oleh Dinas Tataruang dan Pemukiman (Distarkim) belum melalui BPPTPM.

Kendati demikian, menurut dia, pengelola atau pemilik vila tersebut seharusnya membuat laporan secara berkala, terlebih saat akan membuat bangunan baru di luar denah pada IMB awal.

”Kami belum menerima pengalihan berkas dari Distarkim, jadi tidak tahu izin awalnya. Pihak Vila Club Bali juga tidak membuat laporan baru. Data izin yang ada di kami hanya sejak 2009 sampai sekarang,” kata dia kepada Cianjur Ekspres (Bandung Ekspres Group), kemarin (10/3).

Muzani mengungkapkan, dengan adanya peristiwa longsor, BPPTPM akan melakukan kajian lagi berdasarkan kawasan yang dilarang untuk membuat bangunan berdasarkan PP kawasan resapan air Bogor-Puncak-Cianjur (bopunjur).

”Kajiannya akan dilakukan oleh tim teknis dari seluruh instansi terkait, termasuk Distarkim sebagai dinas yang mengeluarkan izin pertama dan yang memiliki data lengkap tentang denah awal dan lainnya. Kalau memang masuk dalam kawasan N maka akan diusulkan untuk dikaji ulang izinnya,” kata dia.

Di samping itu, tambah dia, BPPTPM akan lebih ketat dalam memberikan izin membangun. Hal itu dilakukan agar tataruang bisa sesuai dengan RTRW dan kawasan yang dilindungi lantaran menjadi resapan air bisa tejaga.

”Kami akan lebih perketat lagi, meskipun pada dasarnya sejak perizinan satu pintu, segala macam izin terutama tempat usaha atau wisata harus dikaji terlebih dulu oleh tim teknis dari Distarkim, Binamarga, Bappeda, Dishub, dan lainnya,” kata dia.

Sekda Kabupaten Cianjur Oting Zaenal Mutaqin, mengatakan, meski sudah memiliki izin keberadaan bangunan di kawasan rawan longsor harus dikaji secara berkala. Sebab kontur tanah bisa berubah sewaktu-waktu. Apalagi tanaman di atas tebing sudah banyak hilang akibat ditebang warga.

”Kalau sepuluh tahun lalu bisa saja memang kontur tanahnya bagus sebab alam masih banyak pohon. Tapi kan sekarang tidak begitu. Makanya tebing bisa longsor kan diakibatkan tidak adanya akar penahan. Makanya harus ada kajian berkala, jangan sampai mengakibatkan korban seperti saat ini,” tegas dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan