Cemas 200 Ribu Orang Pedofil Setahun Masuk ke Indonesia

Menurut Doktor Ilmu Pemerintahan lulusan Universitas Padjadjaran ini, banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak membuktikan peluang untuk terjadinya perbuatan melanggar hukum itu selalu ada. Karena itu, dirinya yang juga Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat terus gencar mengampanyekan pencegahannya dalam berbagai kesempatan.
’’Coba kita lihat kasus kekerasan terhadap anak, rasanya menjadi buah bibir kan. Kita berusaha imbangi dengan kampanye pencegahannya,’’ terang perempuan penerima penghargaan Local Heroes, dalam bidang anti perdagangan manusia dari Kedubes Amerika Serikat ini.
Tantangan pencegahan semakin menjadi, merespons pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016. Berbicara tentang MEA yang terdampak bukan saja arus barang, tapi manusia. Artinya, bagi Netty, bukan saja tentang tentang ekonomi melainkan budaya dan kemanusiaan. Jika tidak diantisipasi dampak negatifnya, juga bakal bisa berakibat serius.
Betapa tidak, berdasarkan data yang dimilikinya dari pemerintah, dalam setahun 200 ribu orang pedofil dari luar negeri masuk ke Indonesia dalam setahun. ’’Ini yang perlu diwaspadai orang tua,’’ jelas dia yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat.
Dengan begitu, orang tua baiknya tidak dulu bangga ketika anaknya senang dengan orang asing. Tidak semua mereka yang datang ke Indonesia itu baik. Sama halnya dengan pelaku kejahatan di negeri sendiri. Kesenangan yang berlebih itu misal ditunjukkan dengan membebaskan anak berinteraksi tanpa kontrol dengan warga negara asing. Apalagi yang baru dikenal. Atau bahkan, tidak dikenal sama sekali.
Itu artinya, secara tidak sadar, baik anak maupun perempuan bisa jadi objek korban human trafficking yang dilakukan oknum warga negara asing. Terutama bagi anak-anak yang tinggal di desa atau pedalaman saat melihat orang asing. Seperti hal yang menyenangkan dan membuat bangga ketika bisa berinteraksi. Meski hanya dengan bersalaman. ’’Jangan bangga dulu kalau lihat anak kita senang dengan orang bule,’’ papar penerima penghargaan Nugra Jasa Darma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI ini.
Netty menyampaikan, upaya yang dapat dilakukan keluarga saat ini adalah membentengi dari dampak negatif arus manusia. Baik itu dengan keimanan dan ketakwaan maupun ilmu pengetahuan. Hal itu perlu diketahui bukan dalam konteks pesimistis menyikapi berlakunya sebuah sistem, melainkan hal yang perlu dipahami. ’’Agar kita bisa lebih bijak saja menyikapinya,’’ ucap perempuan kelahiran 15 Oktober 1969 ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan