Bandung – Pemahaman terkait autisme masih menjadi permasalahan yang hingga saat ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Sebab, masih banyak orang yang memberi perlakuan atau bentuk ketidakpedulian karena menganggap autisme sama dengan keterbalakangan mental.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Netty Prasetyani Heryawan mengatakan, autisme hanyalah gangguan tumbuh kembang yang menyebabkan anak kesulitan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial.
Di sisi lain, setiap orang atau anak yang lahir ke dunia merupakan manusia terpilih. Sebab, tidak ada satupun anak yang bisa memilih pada orangtua mana dan dalam keadaan seperti apa dia dilahirkan.
Namun, hingga saat ini masih ada sebagian orangtua yang beranggapan anak bukan titipan melainkan beban. Termasuk ada juga yang menganggap anak bukan amanah tetapi sebuah masalah. Padahal, anak merupakan amanah yang Tuhan titipkan agar orangtua yang mendapat amanat mampu menjaga dan merawat dengan baik.
”Anak adalah masterpiece yang Tuhan lakukan, yang Tuhan ciptakan, yang sangat unik dan tidak ada duanya, termasuk kembar identik sekalipun tidak ada satupun yang sama persis,” kata Netty, kemarin.
Dikatakan dia, ketika anak lahir ke muka bumi, maka anak tersebut adalah pemenang, juara dan semua adalah orang-orang terpilih. Untuk itu, ketika anak mempunyai keistimewaan seperti autisme, maka orangtua tetap harus bersyukur menerima karunia yang Tuhan berikan.
Netty memamaparkan, jika berbicara ilmu bilogi dan ketika sel sperma akan bertemu dengan sel telur, maka sel sperma harus berebut dan berkompetisi dengan 250 sampau 500 juta sel sperma lainnya untuk bisa keluar senagai sel sperma yang berhak membuahi sel telur.
”Jadi bayangkan itu proses alamiah yang luar biasa, yang sangat kompetitif. Anak yang terlahir dalam kondisi dan kedaan apapun sudah melalui proses yang sangat panjang,” urainya.
Maka dari itu, setiap orangtua harus tetap bersyukur karena diberi kesempatan untuk menjadi orangtua yang pembelajar, orangtua yang penyabar serta menjadi orangtua yang memiliki kesadaran tinggi. Orangtua harus menganggap anak sebagai titipan, amanah yang tidak bisa tergantikan dengan sesuatu apapun.