Jasamarga : Insiden Banjir dan Gerbang Roboh Bukan karena Konstruksi Buruk

’’Gerbang tol, sudah kembali beroperasi sekitar pukul 05.00 pada sisi sebelah kanan sebanyak 5 sampai 6 gardu. Kalau sekarang sudah beroperasi 11-12 gardu dan lalu lintas cukup lancar karena kami tambahkan gardu darurat. Yang jelas, perbaikan secara permanen kami perkirakan membutuhkan waktu 1,5 bulan karena dilakukan secara bertahap agar gerbang tetap beroperasi,’’ jelasnya.

Terkait dugaan konstruksi gerbang yang dibawah standar, dia menegaskan secara tegas memebantah. Menurutnya, gerbang tersebut dibangun sesuai standar spesifikasi yang ditetapkan pemerintah. Namun, angin yang menerjangdaerah tersebut diakui setara dengan puting beliung.

’’ Memang ada kekuatan angin di luar standar. Di gerbang lain ini tak pernah terjadi. Karyawan di sana malah sempat melihat air sempat naik karena angin,’’ ungkapnya.

Terkait masyarakat yang meminta ganti rugi. Pihaknya mengaku siap melakukan jika sudah pasti. Namun, untuk kejadian banjir pihaknya masih menampik bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab perusahaan.

’’Klaim akan kami ganti jika penyebabbnya adalah kesalahan perusahaan. Tapi, apakah banjir kesalahan perusahaan?’’ terangnya.

Empat Hari PT KAI Kehilangan Rp 1 M

Sementara itu, hari keempat banjir Jalan Raya Porong yang membenamkan infrastruktur perhubungan tetap belum mendapatkan solusi. Salah satu korbannya adalah moda angkutan kereta api antara Stasiun Tanggulangin-Stasiun Porong. Upaya KAI Daop 8 dengan meninggikan rel selama hampir empat hari terasa belum signifikan.

”Potensi kehilangan pendapatan dari 30 kereta (di luar kereta BBM) yang terganggu mencapai Rp 250 juta per hari,” ujar Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya Suprapto saat dihubungi tadi malam.

Sejak banjir melanda raya Porong, rel kereta api di kawasan itu memang tidak bisa dilewati karana terendam air. Hingga kemarin, PT KAI terus berusaha meninggikan rel tersebut dengan menggerojok batu kricak di atas bantalan. Sayangnya, rel tetap belum terlihat karena genangan juga meninggi.

Suprapto menjelaskan, potensi kerugian Rp 250 juta per hari itu belum termasuk biaya yang harus mereka keluarkan akibat banjir. Antara lain, sewa bus untuk menjemput dan mengantar penumpang yang jurusan keretanya harus berubah.

Potensi keterlambatan membuat perusahaan sepur negara tersebut mengalokasikan service recovery berupa minuman ringan maupun makanan ringan hingga makanan berat. Kategorinya bergantung tingkat keterlambatan keberangkatan perjalanan kereta. ”Kami masih menghitung pengeluaran lain-lain, mengingat banyak institusi yang terlibat,” ucap bapak dua anak asal Bandung itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan