Warga Tionghoa Rayakan Imlek

bandungekspres.co.id– Sejumlah warga Tionghoa serempak merayakan malam pergantian tahun Cina atau Imlek Minggu (7/2) malam. Salah satu titik keramaian terlihat di Klenteng Dharma Ramsi yang terletak di Jalan Klenteng. Klenteng ini banyak dikunjungi para jema’atnya. Pada pukul 22.00 WIB, Vihara yang dibangun 1896 itu mempertunjukan aksi Barongsai sebagai kemeriahan Imlek.

Menurut Pengurus Klenteng Dharma Ramsi Subuana, menjelang berdo’a para umat biasanya bercengkrama terlebih dahulu di rumah keluarganya. ”Barulah pada pukul 21.00 WIB, umat berdatangan untuk berdo’a,” katanya kepada Bandung Ekspres.

Adanya barongsai bukan hanya diperuntukan kepada para umat saja. Melainkan, para warga sekitar agar bisa ikut melihat dan merayakan Imlek. Dia menjelaskan, Imlek sendiri pada dasarkan berbagi keberkahan kepada siapa saja. Tanpa melihat status dan agama.

Di tempat yang sama, Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) pada malam Imlek ini melakukan tour ke tempat-tempat ibadah umat Tionghoa. Sekitar 80 orang yang berasal dari Sekolah Teologi Kalam Mulia, Keuskupan Bandung, Lembaga Bhineka hingga Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung ikut serta dalam acara tersebut.

Menurut pengurus Jakatarub Risdo Mangun, tour dilaksanakan agar masing-masing orang bisa menghargai satu sama lainnya dalam perbedaan terutama terhadap keyakinannya masing-masing. ”Jangan sampai terjadi radikalisme yang akhir-akhir ini terjadi,” katanya.

Selama ini, diakui olehnya, sebelum Gusdur mengesahkan Konghucu sebagai salah satu agama, agama-agama minoritas di tahun 2000-an cukup sering mendapatkan kekerasan. Padahal sebelum Indonesia merdeka agama tersebut bisa hidup rukun di Indonesia, terutama di Bandung.

Ruang perbedaan tersebut perlu dibangun serius dan terciptanya relasi yang akrab. Setelah acara selesai, diharapkan para peserta menjadi teman karib dalam bingkai kebangsaan yang satu. Relasi persahabatan bisa menjadi pola hidup para anak muda. Bahkan, bisa menjadi identitas bangsa dan negara.

Dia menjelaskan, pola hidup seperti itu harus terus diperjuangkan, untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia, yaitu satu, rukun dan damai. Hal tersebut menurutnya sudah terpatri dan ditunjukan oleh para pendiri bangsa. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu budaya persahabatan Bangsa Indonesia memudar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan