[tie_list type=”minus”]Hary Tanoesoedibjo tentang Masa Depan RI[/tie_list]
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perkembangan teknologi informasi merupakan hal penting yang tidak boleh ditangani dengan setengah hati jika Indonesia ingin maju.
Di ruang perpustakaan yang nyaman di rumahnya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Chief Executive Officer MNC Group Hary Tanoesoedibjo bicara panjang lebar tentang masa depan Indonesia. Sosok pengusaha sukses yang kemudian terjun ke dunia politik itu mengaku banyak melihat kondisi Indonesia secara nyata setelah terjun ke politik. Blusukan ke kecamatan-kecamatan untuk melantik pengurus partai membuat dia tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh pemangku kebijakan.
”Saya pernah ke Pekalongan. Di sana, saya kepikiran, mengapa pengusaha batik yang begitu banyak itu tidak diwadahi untuk bertarung di pasar global, misalnya dengan dibuatkan e-commerce khusus batik,” ujar pendiri dan ketua umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) itu.
Menurut dia, pemerintah tak bisa mengabaikan begitu saja perkembangan teknologi informasi (TI). Sebab, hal itulah yang bisa mendorong para pengusaha kecil dan menengah untuk terus tumbuh serta kuat menghadapi persaingan.
Melindungi pengusaha kecil dan menengah, menurut Hary, memang bisa dilakukan dengan banyak cara. Misalnya, pemberian akses permodalan dan pelatihan. ”Itu sangat penting. Tapi, jangan lupa juga, harus dibantu dengan akses IT (information technology, Red),” paparnya.
Aturan-aturan yang dibuat pemerintah juga harus sejalan. Di satu sisi harus membangkitkan investasi perusahaan-perusahaan besar, di sisi lain juga wajib melindungi usaha kecil dan menengah (UKM).
Hal tersebut perlu dilakukan untuk mempersempit jurang pemisah antara masyarakat kalangan menengah atas dan menengah bawah. ”Jika jurang itu dipersempit, lima–sepuluh tahun lagi saya yakin perekonomian Indonesia akan take off,” ujar arek Suroboyo yang lama tinggal di Jalan Imam Bonjol, Surabaya, itu.
Dia khawatir, jika MEA tidak diikuti dengan kesiapan yang sungguh-sungguh, jurang pemisah justru makin terbuka lebar. ”Saya tidak setuju kalau MEA itu across the board. MEA harus melindungi masyarakat menengah ke bawah,” terangnya.