Sebuah Kayu Disulap Jadi Jam Tangan
Siapa sangka sebuah kayu bisa dijadikan barang berharga dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Di tangan Rizki Pebriani, 36, warga RT 04/07 Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat sebuah kayu mulai dari jenis kayu jati, eboni dan kayu sono keling disulap menjadi sebuah jam tangan dengan sebutan kay wood watch.
Laporan: Hendrik Kaparyadi, KBB
Sudah 8 bulan sejak bulan Mei 2015 lalu, Rizki menggeluti kerajinan sebuah jam tangan berbahan kayu. Dia menekuni keterampilan sekaligus bisnisnya ini untuk melanjutkan ide suaminya bernama Andre Saefullah, yang saat ini sudah meninggal dunia. Sebelum suaminya meninggal, Rizki mendapatkan sebuah pesan agar melanjutkan ide membuat jam tangan berbahan dari kayu. ’’Kebetulan almarhum suami saya dulu jurusan kuliahnya soal mesin. Nah, ketika itu suami saya mencoba mengaplikasikan kemampuan dalam mesinnya itu untuk mencetak sebuah kayu baik untuk bentuk jam tangan, kaligrafi berbahan kayu dan kerajinan bentuk lainnya,” kata Riziki ditemui di kediamannya, kemarin.
Setelah suaminya meninggal, Rizki melanjutkan dan fokus terhadap keterampilan untuk membuat jam tangan berbahan kayu. Ia mengaku tidak sembarangan memilih kayu untuk dijadikan bahan dasar membuat jam tangan. Hanya beberapa jenis kayu saja yang memiliki ketahanan dan kekuatan pada jam tangan tersebut. ’’Karena karakteristik masing-masing kayu berbeda. Makanya kita pilih kayu yang kuat dan tahan lama,” kata Rizki seraya menyebutkan pada awal peluncuran hanya mengeluarkan empat buah jam tangan.
Dia menyebutkan, proses pembuatan jam tangan berbahan kayu ini membutuhkan waktu dari awal hingga selesai selama dua hari. Saat ini, dalam satu minggu dirinya langsung menggenjot produksi yang mampu membuat hingga 20 buah jam tangan dalam waktu seminggu. ’’Kebetulan dibantu oleh tujuh karyawan sehingga kami juga berupaya agar membuat lebih banyak lagi jam tangan kayu ini. Setiap satu orang karyawan memiliki keahlian seperti khusus bagian desain dan lainnya. Untuk kayunya sendiri kami mendapatkan pasokan dari Jawa,” katanya.
Untuk satu buah jam tangan berbahan kayu ini, lanjut dia, dari yang paling murah mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 900 ribu. Bahkan, jam tangan berbahan kayu ini sudah didistribusikan hingga ke seluruh pelosok Indonesia terkecuali di Papua dan Aceh. Dia mengaku, permintaan paling banyak di Bandung dan Jakarta. ’’Kami juga pernah mengirim ke Afrika Selatan sebanyak dua buah. Dan saat ini permintaan dari Afrika cukup tinggi termasuk dari Malaysia,” ujarnya.