Riyad Mahrez, dari Sampah yang Jadi Idola

Bahkan Klub-klub Amatir pun Enggan Mengontraknya

Leicester memang bagaikan seonggok sampah yang sekarang sedang diburu orang-orang karena bernilai seperti permata. Bukan hanya Jamie Vardy, pun demikian dengan pemain playmaker-nya, Riyad Mahrez. Bersama Vardy, dia kini menjadi motor penggerak mesin juara The Foxes.

Riyad Mahrez
JADI BINTANG: Playmaker Leicester Riyad Mahrez menjadi sorotan tim-tim besar Liga Inggris. Kabarnya, pemain yang satu ini sangat diminati di bursa transfer.

ARSENAL dan Manchester United sama-sama menganggarkan GBP 29 juta (Rp 596,1 miliar), begitu bunyi judul media-media di Inggris jelang bursa transfer musim dingin. Sebuah nominal sangat fantastis untuk talenta yang pernah dilupakan di persepak bolaan Prancis.

Sebelum didatangkan Leicester City pada musim panas tahun lalu, Mahrez sudah lebih dulu dibesarkan di salah satu klub Ligue 2 Le Havre sejak level akademi. Sebelum di Le Havre, dia hanyalah pemain dari klub amatir bernama Quimper. Klub inilah yang jadi klub pertamanya.

Daily Mail menyebut, kepindahannya ke Le Havre itu lantaran klub pertamanya itu tidak bersedia menyodorkannya kontrak. Salah satu pelatih Quimper bernama Ronan Salaun menceritakan, klub bukannya tidak punya uang untuk membayar Mahrez. Namun kompetensi Mahrez dinilai kurang mumpuni.

”Saya masih ingat saat itu, saya katakan kepadanya kalau klub tidak mampu membayar kontraknya. Lalu, dia menangis. Saya begitu tersentuh. Dia pemain masih muda dan penuh ambisi,” kenang Salaun sebagaimana yang diungkapkannya kepada L Equipe.

Salaun mempersoalkan postur tubuh Mahrez muda. Sekarang di usianya yang sudah 24 tahun, tinggi badan Mahrez adalah 178 sentimeter. ”Kami awalnya tidak yakin dengan kondisi fisiknya. Kami rasa dengan ukuran tubuh seperti itu, dia bisa dimakan hidup-hidup oleh bek lawan,” tuturnya.

Akan tetapi, Salaun dan Quimper kini menyesali semuanya. Andaikan ketika itu klub menyodorkan kontrak, mungkin mereka bisa kecipratan jika Mahrez direkrut salah satu klub elit musim depan. ”Dan sekarang kami paham, tinggi badannya memang menipu,” sesalnya.

Ditambahkan Mohamed Coulibaly yang notebene direktur klub AAS Sarcelles yang memetik talentanya kala masih usia dini. Kepada So Foot, Coulibaly        menilai dari skill Mahrez sendiri sebenarnya sudah mumpuni sejak kecil. ”Hanya saja, begitu dia dimasukkan ke 11 pemain untuk bertanding, dia malah lemah,” kenangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan