Lebih Efektif dengan Pendekatan Pop Culture

Tanpa dikoordinasi ICW pun, sebenarnya banyak bermunculan lagu atau album yang bertema perang terhadap korupsi. Mulai band anarko punk sekelas Marjinal hingga orkes Melayu yang populer pada dekade ’70-’80 an, Pancaran Sinar Petromax.

Pascareformasi, jumlah musisi atau seniman yang terlibat semakin banyak. Itu menjadi fenomena yang menarik. Keterlibatan orang dalam aksi perlawanan terhadap korupsi dengan media pop culture menunjukkan bahwa saluran formal untuk menyuarakan antikorupsi telah gagal.

Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto saat launching album Frekuensi Perangkap Tikus volume 2 mengakui, lagu kadang membentuk sebuah kesadaran baru. Gerakan bersama yang berlangsung secara masif.

Dan kehadiran media sosial memudahkan tersampaikannya pesan itu. ’’Kita selalu beranggapan tolok ukur keberhasilan korupsi itu ketika sudah tangkap orang. Itu memang betul. Namun, membangun kesadaran orang pun tak kalah penting. Pendekatan lewat pop culture ini sangat efektif dan patut diapresiasi,’’ ucapnya.

Dia mengatakan, pesan-pesan yang disampaikan lewat pop culture akan lebih mengena di benak anak-anak muda. ’’Sejarah Indonesia modern itu tak lepas dari adanya anak muda. Revolusi di negeri ini selalu digagas oleh mereka. Dan selama ini, anak-anak mudalah yang menyemangati kami untuk tetap semangat memberantas korupsi,’’ ucapnya lagi.

Mengangkat lagu bertema antikorupsi sebenarnya sama dengan mengikis narasi ’’ke-aku-an’’ dan mengangkat narasi ’’kita’’ -menjadikan sudut pandang publik sebagai yang utama. Tapi, bagi Cholil Mahmud, vokalis band Efek Rumah Kaca, mengusung tema itu tidaklah mudah.

Siapa yang tak mengenal band ERK? Band yang identik dengan lirik lagu-lagu protes dan tendensius terhadap kondisi sosio-politik di Indonesia. Misalnya, lagu Di Udara (almarhum Munir), Hilang (aktivis 1998 yang dihilangkan), Mosi Tidak Percaya (ketidakpercayaan terhadap DPR), dan masih banyak lagi.

Tapi, soal lagu yang menyerempet budaya korupsi, bersama ERK, dia belum pernah membuatnya. ’’Perilaku korupsi itu sangat dekat, ada di mana-mana. Tetap saja nggak berubah-ubah. Saya sendiri juga bingung, ada manfaatnya kah bikin lagu soal korupsi?,’’ kata dia secara satire. ’’Orang-orang di sekitar kita kayaknya sudah terbiasa hidup dalam korupsi. Susah membedakan mana yang korup dan enggak,’’ lanjutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan