Dari Afro-Amerika, Namanya Melissa Asep

Misi Penyelamatan Budaya di Balik Konperensi Asep-Asep

Oleh para inisiatornya, KAA sangat penting karena belakangan terjadi krisis kepercayaan kepada Asep. Ternyata, ada lho peserta yang bukan Asep Sunda dan tak bisa cakap bahasa Sunda pula.

ANDRA NUR OKTAVIANI, Bandung

”SIAPA orang Jawa Barat yang pernah jadi pemimpin Uni Soviet?” kata Dadang atau Ujang atau terserah Anda mau memberi nama siapa.

”Waduh, siapa ya?” ujar teman si Dadang atau Ujang yang juga bebas Anda beri nama siapa saja. Lokasi ngobrol mereka juga silakan dibayangkan sendiri di mana. ”Nyerah?”

”Ya, siapa sih?”

”Asep Gorbachep,” jawab Dadang.

Kalau melemparkan guyonan itu sekarang kepada teman-teman Anda, responsnya barangkali akan ditentukan usia. Kalau yang Anda guyoni orang-orang yang sudah remaja saat era 1990-an, reaksinya mungkin, ”Ah basiii… Atau yang sedikit lebih sopan, ”Usia memang tidak bisa dibohongi.”

Tapi, kalau yang diajak guyon adalah generasi 2000-an, apalagi generasi alay, dengan sedikit keberuntungan, mungkin mereka akan tertawa. Kalau tidak, bisa jadi mereka malah bertanya, ”Beneran itu? Hebat ya!”

Maklum, itu memang guyonan lawas. Remaja era 1990-an hampir pasti pernah mendengarnya. Sedangkan bagi adik-adik generasi mereka, jangankan pernah mendengar joke-nya, nama Asep saja jangan-jangan sudah terdengar seperti barang langka.

Kelangkaan itu bahkan terjadi di Jawa Barat. Padahal, Asep selama ini menjadi salah satu nama khas di kalangan penutur bahasa Sunda. Sebab, Asep diambil dari kosakata mereka, kasep, yang berarti ganteng.

Dalam bahasa Asep Kambali, presiden Paguyuban Asep Dunia (PAD), terjadi ”krisis ketidakpercayaan” kepada Asep. Kebanyakan orang tua zaman sekarang lebih memilih menamai anak mereka dengan David, Michael, atau Steven.

Yang kadung dinamai Asep pun, ketika beranjak dewasa, tak sedikit yang memilih menyembunyikan ke-Asep-annya itu. Ada yang dengan sengaja menghilangkan nama Asep dan memilih dipanggil dengan nama belakang.

”Ada pula yang menuliskan Asep dengan disingkat menjadi A yang diikuti dengan nama belakang mereka,” kata Asep Kambali.

Dari situlah Asep Kambali bersama empat kawannya sesama Asep, yaitu Asep Iwan Gunawan, Asep Bambang Fauzi, Asep Rahmat, dan Asep Dudi, menginisiatori Konferensi, eh maaf, Konperensi, Asep-Asep (KAA).

Tinggalkan Balasan