Dari Afro-Amerika, Namanya Melissa Asep

Sebelum melangkah ke KAA, PAD sudah beroperasi sebagai sebuah komunitas pada 2010. Mereka sebelumnya dipersatukan di sebuah grup Facebook yang digagas Asep Iwan Gunawan pada 2008.

Konferensi itu akhirnya sukses digelar pada 25 Oktober lalu di Bandung. Slogan yang diusung adalah Ti Asep, Ku Asep, Keur Indonesia yang berarti ”Dari Asep, Oleh Asep, Untuk Indonesia.” Namanya juga kumpul-kumpul para Asep, panitia KAA otomatis hanya membolehkan mereka yang memiliki nama KTP Asep sebagai peserta.

Bagi kelima inisiator, KAA itu sangat penting. Sebab, hilangnya kepercayaan diri para Asep atau semakin langkanya nama Asep tersebut bukan perkara sepele. Hilangnya nama Asep berarti hilangnya budaya, tradisi, dan nilai-nilai.

Indonesia pun sudah teramat sering kehilangan kekayaan budayanya. ”Anda tahu tidak, Indonesia dulu punya 1.200 etnis dan sekarang hanya tersisa 586 etnis. Indonesia dulu juga punya 750 bahasa dan yang ada sekarang hanya 257 bahasa,” papar Asep Kambali.

Yang menggembirakan Asep Kambali dkk, peserta KAA ternyata membeludak. Meski juga sempat agak panik. Sebab, dari perkiraan 50 hingga 100 orang, jumlah peserta membengkak menjadi 350 orang.

Lokasi konferensi pun akhirnya diubah pada menit-menit terakhir. Untung, tidak jauh dari lokasi semula di bilangan Jalan PHH Mustofa, Bandung, ada tempat yang berdaya tampung lebih besar.

Akhirnya, 350 Asep yang berusia 17 hingga 72 tahun berkumpul untuk merumuskan poin-poin tentang keberlangsungan paguyuban mereka. Sejak acara dibuka, suasana langsung akrab.

Padahal, tidak sedikit di antara mereka yang baru pertama berkenalan dan bertemu secara langsung. Kebanyakan di antara mereka selama ini berkomunikasi lewat dunia maya. Namun, karena dipersatukan oleh nama Asep, mereka seolah sudah lama kenal.

”Jadi, sudah merasa seperti saudara saja. Padahal baru ketemu,” ungkap Asep Yulianto, 36, peserta KAA asal Semarang.

Beragam kegiatan pun dilakukan. Mulai berkenalan, berbincang santai, hingga main angklung bersama. ”Benar-benar di luar harapan. Yang hadir bisa sebanyak ini dan tidak hanya dari Bandung. Juga bukan cuma orang Sunda,” jelas Asep Tutuy Turyana, koordinator wilayah PAD Provinsi Jawa Barat yang juga ketua pelaksana KAA.

Tinggalkan Balasan