Dari Afro-Amerika, Namanya Melissa Asep

Ya, nama Asep memang boleh jadi salah satu penanda Kesundaan. Tapi, nama tersebut tentu tak secara eksklusif hanya dimiliki etnis Sunda. Seperti pula nama Putu yang tak selalu merujuk ke orang Bali.

Contohnya, Asep Sugiarto yang juga mengikuti KAA. Dalam tubuh pria 41 tahun asal Tegal, Jawa Tengah, itu sama sekali tak ada darah Sunda. ”Sepertinya sih saya dinamai Asep karena lahir pada September. Ada Sep-nya, jadilah Asep, hahaha…” tuturnya.

Dia mengaku kerap lumayan repot karena namanya itu. Misalnya, ketika dalam sebuah perjalanan naik bus dari Semarang ke Tegal, dia berkenalan dengan seorang ibu yang berasal dari Cirebon.

Begitu tahu dirinya bernama Asep, langsung saja si ibu nyerocos pakai bahasa Sunda yang sama sekali tak dikuasainya. ”Saya sulit menyetop dan menerangkan kepada ibu itu bahwa saya nggak ngerti yang dia omongkan,” kenang ayah empat anak itu, lantas tergelak.

Selain Asep Sugiarto, masih banyak Asep lain yang juga bukan orang Sunda. Asep Tutuy menyatakan, pihaknya sempat mendata, ada Asep dari Padang dan Asep dari Pakistan.

”Kami juga sempat dihubungi pemilik nama Asep berdarah Afro-Amerika. Dan dia adalah perempuan. Namanya Melissa Asep,” ungkap Asep Tutuy.

Selanjutnya, PAD berencana menjadikan KAA sebagai agenda rutin tahunan. Tempatnya pun tidak akan selalu di Bandung. Bisa di kota-kota lain atau negara lain. Toh, para Asep sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan dunia.

Tahun depan mereka juga berencana mencanangkan satu hari untuk dijadikan Hari Asep Sedunia. Bisa pada 1 Agustus yang menjadi tanggal berdirinya PAD atau 25 Oktober yang menjadi tanggal penyelenggaraan KAA tahun ini.

Bagaimana kalau ada pihak lain yang kelak menolak rencana itu? Jangan khawatir. Berdemonstrasi saja. Bisa pilih yel-yelnya, ”Asep bersatu, tak bisa dikalahkan!” atau ”Kami ini Asepmania” (*/c5/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan